Senin, 08 Desember 2014

Pengertian, Tujuan dan Fungsi Islam

Memahami definisi islam merupakan satu keharusan untuk betul-betul memahami apa makna dibalik kata tersebut. Islam merupakan lawan kata dari kata kufur. Hal ini karena orang yang tidak masuk dan tidak meyakini bahwa islam adalah agama yang diturunkan Allah disebut sebagai orang yang kafir yang diterjemahkan menjadi orang yang ingkar terhadap kenabian Muhammad dan ajaran yang dibawanya. Untuk itu, dalam memahami islam terlebih dahulu harus memahami apa itu kufur. Menurut Al Maududi (2011) kufur adalah penolakan seseorang untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, sedangkan islam adalah kepatuhan kepada Allah semata-mata serta penolakan atas semua sistem hukum dan perintah-perintah yang bertentangan dengan petunjuk-petunjuk yang diterima dari Allah.

Islam tidak lain adalah penghambaan seseorang semata-mata kepada Allah. Ia sama-sekali tidak mengikuti kemauannya sendiri, atau kemauan nenek-moyangnya atau kemauan keluarga dan sukunya, atau kemauan kaum ulama atau kiyai, kemauan pemerintah, hakim, atau kemauan sesiapapun yang lain, selain kehendak Allah semata-mata. Allah menyatakan dalam al-Quran:

“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah, kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah”. (Al-Quran, Ali 'Imran, 3:64).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa Khitab ditujukan kepada kalangan yahudi dan nasrani serta golongan yang searah dengan mereka. Sedangkan kalimah adalah kalimat yang adil, pertengahan dan tidak ada perselisihan antara kami dan kalian mengenainya. Hal ini diperjelas oleh ayat selanjutnya “tidak kita sembah, kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain tuhan selain daripada Allah” yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, thagut, api atau apapun selainnya (Ibnu Katsir).


Berbeda dengan definisi di atas At-Tuwaijiri (2012) mendefinisikan islam dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-Nya dengan penuh ketaatan, dan melepaskan diri dari kesyirikan dan para pelakunya.

Sementara menurut Muhammad Daud Ali (2009) kata Islam yang termuat dalam Al Quran adalah kata benda yang berasal dari kata kerja salima yang berakar pada kata silm dan salm artinya kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, dan kepatuhan. Orang yang menganut agama islam disebut muslim artinya orang-orang yang akan selamat, orang yang menyerahkan diri dan orang yang patuh akan perintah Allah.

Tujuan dan fungsi berislam hakikatnya tidak lepas dari kebutuhan manusia akan keselamatan. Keselamatan didunia dan keselamatan diakhirat. Hal ini sesuai dengan doa sapu jagad atau doanya Nabi Adam yang kita semua telah hafal rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina adzabannar (Ya Tuhan (pencipta) anugerahkanlah kepada hamba kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah dari siksaan api neraka).

Bagi seorang manusia yang sadar bahwa hakikat kehidupan ini sebenarnya seperti seorang musafir yang dalam perjalan tersebut membutuhkan bekal untuk bisa sampai ketujuan. Maka, seperti itulah manusia hidup di dunia ini, sebagai sebuah persinggahan pendek untuk menapaki kehidupan di dua alam selanjutnya (alam kubur dan alam akhirat).

Untuk dapat mencapai ketenangan dan kebahagiaan pada dua alam tersebut, maka islam sebagai jalannya yang tepat dan sesuai dengan kodrat dan kehendak Allah. Allah berfirman dalam alquran “inna diina indallahil islam” sesungguhnya diin yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam. Dengan sendirinya ayat ini menjelaskan bahwa jalan yang harus ditempuh oleh manusia yang ingin memperoleh kehidupan hakiki di akhirat nanti tidak lain adalah jalannya harus lurus “Asshiratal Mustaqim”. Jalan yang lurus tresebut adalah islam.

Dengan demikian tujuan dan fungsi islam adalah menyelamatkan manusia dari “kejahatan” kehidupan dunia dan menyelamatkan manusia dari siksaan api neraka. Memberikan manusia harapan-harapan akan kehidupan yang lebih baik, yang penuh dengan nuansa kerohanian dan kental akan nilai-nilai spiritualitas.

Rabu, 02 Juli 2014

Dialog Hamba Dengan Allah

Salah satu rukun islam yang kita yakini dan dijadikan landasan bagi seorang muslim sejak zaman kenabian dalam hal ibadah adalah shalat. Shalat merupakan tameng yang membatasi seseorang dari berbuat maksiat kepada Allah swt. Shalat juga merupakan pembeda antara kaum muslimin dan kaum-kaum yang lain. Yang dengan shalat itu Allah menjadikan seorang hamba suci baik secara lahiriah maupun batiniah. 

Allah Swt berfirman dalam QS Al Ankabut ayat 45: 

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (٤٥
Dengan ayat di atas menjadi jelas bahwa hakikat nilai terkandung dalam shalat adalah mencegah seseorang dari perbuatan Keji dan perbuatan munkar. Seseorang yang telah melakukan shalat kemudian masih melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentuan Allah dan Rasulnya berarti shalatnya orang tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan oleh ayat ini. Hal ini bisa berarti bahwa shalat yang dia lakukan masih unsur syiriknya dna kedua belum ikhlas karena Allah Swt. 

Penyebab lain yang membuat shalat seseorang tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar adalah sebagaimana termuat didalam hadits Rasulullah saw mengatakan "shalllu kama ra aitumuuni ushalli" shalat lah kalian sebagaimana kaliah melihat aku shalat. Hadist ini memberikan penjelasan bahwa aturan dan tata tertib shalat sudah ditentukan secara syar`i oleh Rasulullah tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Kebanyakan masyarakat muslim sekarang khususnya dalam pengerjaan shalat banyak bercampur dengan hal-hal yang diluar ketentuan Rasul. Misalnya Wudhu yang tidak sempurna (TIDAK SAMPAI SIKU DAN TIDAK SAMPAI MATA KAKI) belum lagi bacaan-bacaan tambahan yang dilakukan seperti do`a-doa dan gerakan-gerakan yang tidak ada ketentuannya.

Hal utama yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah terkait hadits Rasulullah saw "Ashalatul mi`rajul mukminin" shalat itu adalah mi`rajnya orang mukmin. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menjadi esensi dari dari mi`raj? dan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dengan Allah? 

Dalam berbagai literatur terutama hadits yang menerangkan tentang isra dan mi`raj hanya memuat panjang lebar tentang hal-hal yang dijumpai oleh Rasulullah selama dalam perjalanannya menuju ke shidratul muntaha dan kepulangannya serta berita tentang penerimaan shalat sebagai sebuah kewajiban yang dimulai dari 500 kali sampai dengan 5 kali sehari semalam. Rincian dialog antara Allah dengan Rasulullah tidak diceritakan dengan rinci dalam hadits-hadits tersebut. 

Kembali kepada Hadits di atas, apa sebenarnya yang dikehendaki atau makna tersirat yang terkandung dalam hadits "Ashalatul mi`rajul mukminin". Kalau kita melihat pada bacaan shalat sepintas memang tidak terdapat indikasi bahwa shalat dalam shalat itu ada dialog dengan Allah. Tetapi, ketika kita menyimak secara seksama bacaan pada tasyahud maka kita akan menemukan hasil dialog antara Allah dengan Rasulullah yang tidak diceritakan dalam hadits-hadits terkait isra dan mi`raj. 

Pada Do`a Tasyahud tersebut ternyata terdapat dialog itu dimulai dengan Ucapan Rasulullah "Attahiyatul lillahi washalawatu wathoyyibah (Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah)" kemudian dijawab oleh Allah "Assalamu alaika ayyuhannbiyu warahmatullahi wabarakaatuh  (Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya (Tetap Tercurahkan) Atas Mu, Wahai Nabi (Muhammad SAW))" dan dilanjutkan oleh Rasulullah dengan ucapan "assalamu alaina wa ala ibadillahi sholihin. Asyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadurrasulullah (Semoga Keselamatan (Tetap Terlimpahkan) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh ku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Nabi Muhammad SAW Adalah Utusan Allah)". 

Sehingga dengan Doa tasyahud tersebut tersingkaplah bahwa shalat yang kita lakukan adalah upaya isra dan mi`raj yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka berdialog dan berdoa kepada Allah swt. 
Wallahu a`lam.


Total Tayangan Laman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *