Selasa, 27 Januari 2015

Garis Kemiskinan Perlu Dinaikkan

Oleh CARUNIA MULYA FIRDAUSY
Profesor Riset LIPI
Usul ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB), Gu-anghua Wan, untuk menaikkan garis kemiskinan Indonesia bukan usul baru (Kompas, 22/8). LIPI telah mengusulkan pentingnya menaikkan garis kemiskinan nasional sejak 2011 (Kompas, 11/4).

Pasalnya, garis kemiskinan (GK) absolut yang dibuat pemerintah menghitung penduduk miskin sejak tahun 1970-an bersifat topdown, di samping kelemahan lain (Firdausy, 2011, 2012, dan 2013). Akibatnya, GK absolut yang dihitung berdasarkan ekuivalen pengeluaran per kapita per bulan menjadi rendah sehingga banyak penduduk yang tidak merasa telah keluar dari jeratan kemiskinan.

Tidak mudah

Memang tidak mudah menaikkan GK absolut nasional. Selain karena alasan kompleksnya dimensi dan variabel menetapkan GK absolut itu (Sen. 1999; UNDP, 2004; dan Asra, 2010), "ketakutan" pemerintah menerima kenyataan besarnya penduduk miskin juga menjadi penyebab utama. Barangkali pemerintah terlalu membayangkan mahabesar-nya harga yang harus dibayar jika (!K absolut dinaikkan sesuai dengan realitas kebutuhan hidup penduduk. Padahal, jika kita mau belajar dari pengalaman beberapa negara berkembang, khususnya Filipina dan Tiongkok, ketakutan itu mimpi belaka.

Bahkan, Filipina saja sudah se-jak 1970-an melakukan revisi GK absolut dengan menggunakan GK subyektif yang bersifat bottom-up (self-rxtted) dalam menghitung penduduk miskin (Ma-ngahas, 2008). Apalagi jika kita mau berkaca kepada negara-negara maju yang sudah meninggalkan penggunaan GK absolut dan merevisi nya dengan penggunaan GK relatif dalam menghitung penduduk miskin dalam periode tertentu (Wagle, 2002). Inilah saatnya pemerintahan baru Joko Widodo-Jusuf Kalla merevisi kenaikan atas GK absolut nasional. Apalagi kabinet baru yang di-nyaringkan untuk dibentuk tidak sebatas kabinet profesional, melainkan juga kabinet kerja. Lantas, bagaimana caranya?

Tentu naif jika revisi kenaikan GK nasional saat ini dilakukan dengan mengganti GK absolut dengan GK relatif seperti halnya di negara maju. GK relatif menggunakan asumsi bahwa tingkat hidup seseorang tergantung dari tingkat kesejahteraan penduduk tempat orang itu tinggal. Jika GK ini yang digunakan, akan selalu ada orang yang miskin walaupun jumlah dan persentase penduduk miskin bisa menurun dari waktu ke waktu. Oleh karena itu. pilihan menaikkan GK yang tersisa hanya dua. Pertama, melakukan kenaikan GK absolut seperti yang diusulkan Bank Pembangunan Asia. Kedua, mengikuti cara Pemerintah Filipina yang menaikkan GK absolut menggunakan pendekatan subyektif.

Kenaikan GK yang disarankan kajian Bank Pembangunan Asia adalah dari Rp 302.735 menjadi Rp 516.420 per kapita per bulan. Asal-usul angka tersebut menarik untuk dikaji lebih lanjut, khu-susnya menyangkut detail metode yang digunakan. Jika kenaikan GK kajian Bank Pembangunan Asia itu didasarkan pada pendekatan top-down dengan melakukan perubahan pengeluaran pangan dan nonpangan, saya khawatir kenaikan GK absolut ini kembali bermasalah seperti GK sebelumnya. Pasalnya, kebutuhan penduduk Indonesia tidak hanya terbatas pada kebutuhan kalori dan beberapa kebutuhan nonpangan tertentu semata. Apalagi kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan komponen makanan tinggi kalori yang cenderung berharga rendah.

Hasil penelitian LIPI 2012 dan 2013 mendapatkan angka GK yang tidak jauh berbeda. Untuk GK perorangan, LIPI mengusulkan perlu dinaikkan menjadi Rp 500.000 per bulan, sedangkan untuk rumah tangga dengan dua anak usia sekolah dasar diperlukan pengeluaran Rp 1.500.000.

Metode yang digunakan LIPI untuk menaikkan GK tersebut didasarkan pendekatan bottom-up atau lebih dikenal dengan setf-rated atau subyektif. Dalam pendekatan ini, semua sampel responden miskin dan nonmiskin di enam desa penelitian Bantul (DI Yogyakarta), Palembang (Sumatera Selatan), dan Gowa (Sulawesi Selatan) ditanyakan langsung melalui daftar pertanyaan tentang besarnya pengeluaran per kapita dan per rumah tangga per bulan agar tak terjerat miskin.

Untuk menggali dan mendalami persepsi responden dalam menetapkan GK pengeluaran per kapita dan per rumah tangga per bulan di atas, sampel responden diminta menjelaskan dalam daf-tar pertanyaan tentang detail alokasi dari GK yang dipersepsikan itu berdasarkan pengeluaran makanan dan non-makanan. Selain cara ini, juga dilakukan wawancara mendalam secara langsung kepada sejumlah responden miskin dan nonmiskin sebagai alat kontrol terhadap jawaban yang diungkapkan dalam daftar pertanyaan tadi.

Tergantung dari visi-misi

Temyata jawaban yang diperoleh dalam menjelaskan kenaikan GK tersebut adalah persepsi arti miskin tidak sebatas kecukupan kalori pangan semata, tetapi juga kecukupan protein dan lauk-pauk, keperluan sehari-hari lainnya, bahan bakar, biaya transportasi, kelayakan rumah tinggal, adanya pekerjaan, dan kemampuan memenuhi keperluan sosial masyarakat, seperti kontribusi hajatan dan kedukaan. Pengeluaran pendidikan dan kesehatan nyaris tidak diperhitungkan dalam kenaikan GK. Hal ini diungkapkan karena adanya pendidikan gratis dan Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Dari uraian singkat ini, jelas bahwa GK absolut nasional perlu dinaikkan. Persoalan metode mana yang akan dipilih dan berapa besar kenaikan yang perlu ditetapkan tentu sangat tergantung dari visi dan misi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Jika sekadar menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin, GK absolut yang sudah ada perlu dinaikkan. Namun, jika pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla ingin membebaskan jeratan masyarakat dari kemiskinan, GK subyektif harus dikedepankan.

Rabu, 14 Januari 2015

Individualisme dan Sosialisme Dalam Al Qur`an (Part 2)

Lawan dari individualisme adalah sosialisme, yang mana para ahli mendefinisikan bahwa sosialisme adalah satu paham pemikiran yang menghendaki adanya persamaan antar masyarakat, tanpa di batasi oleh status sosial maupun kemampuan finansial. Hal ini menjadi ciri yang membedakan secara jelas antara individualisme dengan sosialisme. Penekanan pada hal yang sifatnya kebersamaan merupakan hal yang menjadi tolak ukur sosialisme. Berbeda dengan individualisme yang lebih menekankan pada hak masing-masing individu. 

Dalam banyak persoalan, kebebasan manusia telah menjadi batu sandungan dalam memproteksi moral masyarakat sehingga, dengan alasan kebebasan manusia terkadang melanggar dan memperkosa hak orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini juga menjadi masalah ketika agama ikut campur dalam kehidupan individu seorang. Kasus yang baru ini terjadi adalah penghinaan nabi Muhammad oleh suatu majalah di perancis yang bernama Charlie Habdo. Dengan alasan kebesasan individu sebagaimana yang dianut oleh sebagaian besar Negara Barat dan Eropa mereka telah mencincang Agama Islam, sehingga terjadilah tragedi yang menyebabkan 12 orang dari karyawan kantor Charlie Habdo dibantai oleh orang yang merasa sangat tersakiti oleh ulah mereka yang menghina Nabinya. 

Al Quran telah memberikan gambaran yang jelas bagaimana sebenarnya prototye dari sebuah kehidupan yang dilandaskan pada kebersamaan (sosialisme). Dua surat yang menggambarkan kehidupan hewan dengan tingkat kebersamaan yang mencengangkan yang tidak dapat diketahui oleh dahulu kecuali dengan penelitian di abad modern ini. Dua surat tersebut adalah An-Nahl (Lebah) dan An-Naml (Semut). 

An-Naml (Semut)

Semut adalah serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara berkelompok termasuk suku formicidae terdiri atas bermacam jenis. Kalau dilihat lebih teliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.

Banyak ilmuwan yang bertahun-tahun melakukan penelitian mendalam tak mampu menjelaskan perilaku sosial semut yang begitu maju. Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington menyatakan “Setelah 60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut.… Semut merupakan model yang indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar perilaku hewan”. Sebagian koloni semut begitu padat populasinya dan begitu luas daerah hidupnya, sehingga tak mungkin bisa dijelaskan bagaimana mereka dapat membentuk tatanan yang sempurna. Jadi, pernyataan Dr. Haskins sulit dibantah.

Sebagai contoh koloni yang besar ini, misalnya spesies semut Formica Yesensis, yang hidup di pantai Ishikari, Afrika. Koloni semut ini tinggal di 45.000 sarang yang saling berhubungan di wilayah seluas 2,7 kilometer persegi. Koloni yang memiliki sekitar 1.080.000 ratu dan 306.000.000 pekerja ini dinamai “koloni super” oleh para peneliti. Ditemukan bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan dalam koloni secara tertib. Sungguh sulit menjelaskan bagaimana semut-semut ini mempertahankan ketertiban tanpa masalah, mengingat luasnya tempat tinggal mereka. Harus diingat, untuk menegakkan hukum dan menjaga ketertiban sosial, bahkan di negara beradab dengan sedikit penduduk pun, diperlukan berbagai kekuatan keamanan. Diperlukan pula staf administrasi yang memimpin dan mengelola unit-unit ini. Kadang-kadang ketertiban pun tidak dapat dijaga tanpa timbul masalah, meskipun telah diupayakan sekuat tenaga.

Namun, koloni semut tidak memerlukan polisi, satpam, atau hansip. Dan mengingat tugas sang ratu – yang kita anggap sebagai pemimpin koloni – hanya melestarikan spesies, semut-semut ini sebenarnya tidak punya pemimpin atau penguasa. Jadi, di antara mereka tidak ada hierarki berdasarkan rantai komando. Lalu siapa yang menentukan ketertiban ini dan menjaga keberlanjutannya? Dia lah Allah yang Maha Kuasa yang tidak ada satu daun pun yang rontok melainkan Allah mengetahuinya. Dialah Allah yang mampu menyusun sidik jadi manusia tanpa ada yang sama. Dan Dialah yang mampu menyusun alam semesta dengan keteraturan dan ketelitian tanpa perlu khawatir akan saling bertabrakan diantara miliaran bintang dan planet terkecuali pada saatnya nanti. 

An-Nahl (Lebah)

Lebah adalah serangga berbulu, bersayap empat dan hidup dari madu kembang. Dia tidak di anugerahkan akal pikiran, akan tetapi mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus. Sangat luar biasa bahwa kecerdasan dan keahlian yang seperti ini ada pada setiap ekor lebah. Tetapi, yang lebih luar biasa lagi adalah puluhan ribu lebah bekerjasama secara teratur dan terencana dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh tanpa sedikitpun kesalahan.

Pengorganisasian sekelompok orang untuk bekerja secara bersama diperlukan beberapa tahapan dan perencanaan yang matang. Tanpa itu, kerjasama antar manusia menjadi sangat sulit dan tidak akan mampu diwujudkan. Misalnya, terdapat struktur organisasi perguruan tinggi yang rapi di mana para dosen dan karyawan bekerja untuk kemudian melapor pada wakil ketua, wakil ketua melapor pada ketua, dan secara bersama-sama ketua dan wakil ketua melapor kepada pemilik yayasan. Pengoperasian PT yang efisien memerlukan banyak tenaga kerja dan dana; pembuatan rencana jangka panjang dan pendek; serta pengumpulan data statistik.

Akan tetapi, setelah segala persyaratan ini dipenuhi dan sistem organisasinya telah terbentuk, hanya beberapa orang dosen dan karyawan saja yang mampu bekerja bersama secara harmonis. Demikianlah, pembentukan kerja sama di antara beberapa puluh manusia cerdas dengan gagasan mereka masing-masing memerlukan perencanaan yang rumit dan biaya mahal. Namun, puluhan ribu lebah mampu membangun sistem organisasi sempurna yang tak tertandingi oleh masyarakat manusia.

Tidak seperti manusia, lebah tidak mendapatkan pendidikan atau pelatihan apapun. Begitu lebah lahir, ia dengan segera melaksanakan tugas yang dibebankan padanya. Karyawan pabrik bekerja untuk mendapatkan gaji pada akhir bulan. Sementara itu, seekor lebah tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pekerjaan yang ia lakukan. Pekerjaan yang dilakukan karyawan pabrik, baik sebagai pekerja biasa ataupun manajer pelaksana, terbatas hanya pada jam kerja tertentu dan mereka berhak mendapatkan masa liburan. Sebaliknya, lebah bekerja sepanjang hidup, tanpa istirahat, demi kepentingan dan kebaikan sesamanya.

Tidak diragukan lagi, Allah, Dia-lah yang menjadikan masing-masing dari puluhan ribu lebah tersebut bekerja harmonis tanpa henti, layaknya roda-roda gigi dalam sebuah mesin. Dalam sebuah ayat, Allah mengingatkan manusia tentang segala nikmat yang Allah berikan kepada manusia melalui hewan ciptaan-Nya: “Dan Kami tundukkan binatang–binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat–manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS. Yaasiin, 36:72-73)

Rata-rata, sekitar 60-70 ribu lebah hidup dalam sebuah sarang. Walaupun populasi yang demikian padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi. Suatu koloni lebah umumnya terdiri dari lebah pekerja, pejantan dan ratu. Lebah pekerja boleh dikata mengerjakan seluruh tugas dalam sarang. Sejak saat dilahirkan, para lebah pekerja langsung mulai bekerja, dan selama hidup, mereka melakukan berbagai tugas yang berganti-ganti sesuai dengan proses perkembangan yang terjadi dalam tubuh mereka. Mereka menghabiskan tiga hari pertama dalam hidup mereka dengan membersihkan sarang.

Kebersihan sarang sangatlah penting bagi kesehatan lebah dan larva dalam koloni. Lebah pekerja membuang seluruh bahan berlebih yang ada dalam sarang. Saat bertemu serangga penyusup yang tak mampu mereka keluarkan dari sarang, mereka pertama-tama membunuhnya. Kemudian mereka membungkusnya dengan cara menyerupai pembalseman mayat. Yang menarik di sini adalah dalam pengawetan ini lebah menggunakan bahan khusus yang disebut “propolis”. Propolis adalah suatu bahan istimewa karena sifatnya yang anti bakteri sehingga sangat baik digunakan sebagai pengawet.

Bagaimana lebah tahu bahan ini adalah yang terbaik sebagai pengawet, dan bagaimana mereka mampu menghasilkannya dalam tubuh mereka? Propolis adalah bahan yang hanya dapat dihasilkan dalam kondisi laboratorium dengan teknologi dan tingkat pengetahuan ilmu kimia yang cukup tinggi. Nyata bahwa lebah sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang ini, apalagi laboratorium dalam tubuhnya.

Lebih jauh lagi, lebah pekerja bertanggung jawab memeriksa sel–sel yang akan digunakan sang ratu untuk meletakkan telurnya. Selain itu, lebah pekerja juga bertugas mengumpulkan kotoran yang ada dalam sel-sel yang telah ditinggalkan oleh para larva yang telah lahir, serta membersihkan sel penyimpan makanan. Lebah–lebah tersebut juga mengatur kelembaban dan temperatur di dalam sarang, jika dibutuhkan, dengan kipasan angin melalui kepakan sayap mereka pada pintu masuk sarang.

Lebah pekerja menghabiskan waktunya setelah 3 hari pertama tersebut dengan merawat para larva. Saat mereka menjadi lebih dewasa, beberapa kelenjar sekresi dalam tubuh mereka mulai berfungsi; ini memungkinkan mereka untuk merawat larva. Seluruh tugas yang berhubungan dengan perawatan larva ini dikerjakan oleh lebah pekerja yamg berumur 3 sampai 10 hari. Mereka memberi makan sebagian larva dengan royal jelly, dan sebagian lagi dengan campuran madu-serbuk sari. Mahluk hidup yang baru lahir ini telah mengetahui tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memiliki pengetahuan untuk mengerjakannya dengan cara yang sangat profesional.

Sang lebah berganti tugas saat ia tumbuh lebih dewasa. Ketika mencapai hari ke 10 dari masa hidupnya, kelenjar penghasil lilin dalam perut lebah pekerja mendadak telah matang sehingga ia mampu menghasilkan lilin. Pada saat itulah seekor lebah menjadi pekerja pembangun sel-sel penyimpan madu dengan menggunakan lilin.

Fenomena ini memunculkan banyak pertanyaan. Bagaimana mungkin seekor makhluk hidup yang baru saja lahir, dan, lebih dari itu, yang tidak memiliki kecerdasan dan pengetahuan ini benar-benar memahami seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya? Bagaimana tubuh seekor hewan tiba–tiba dapat teradaptasikan untuk merawat dan memberi makan larva dengan berfungsinya beberapa kelenjar sekresi, padahal sesaat sebelumnya ia terprogram untuk melakukan tugas kebersihan? Bagaimana seekor lebah, yang 4 atau 5 hari sebelumnya adalah larva, dapat berpikir dan merencanakan segala tugasnya tersebut? Bagaimana tubuhnya dapat dengan tiba–tiba menghasilkan lilin dan berubah menjadi pekerja konstruksi? Padahal konstruksi bangunan ini didasarkan pada penghitungan rumit dan sangat tepat, yang tak akan mampu dilakukan oleh manusia sekalipun.

Tidak ada keraguan, tidaklah mungkin lebah itu sendiri yang melakukan perhitungan berdasarkan kecerdasannya sendiri. Begitulah, ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase dalam hidupnya, lebah tunduk pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh Allah, Pencipta Yang Mahaperkasa.

Dari kedua hewan ini, Allah sebenarnya ingin memberitahukan kepada manusia bahwa di dalam kehidupan dan kerjasama para hewan tersebut mengandung pelajaran yang sangat luar biasa. Yang sampai dengan dengan detik ini manusia belum mampu mewujudkan sosialisme seperti yang dilakukan oleh lebah dan semut tersebut. 

Sosialisme dalam islam tidaklah sama dengan sosialisme dalam komunisme. Kalau sosialisme komunisme adalah paham kebersamaan yang tidak berlandaskan kepada eksistensi Tuhan, tetapi sosialisme dalam islam adalah sosialisme ketuhanan di mana akar dari tata kehidupan dan kerjasama didasarkan pada apa telah diperintahkan oleh Allah dalam kitabnya. Allah sebagai pembuat jalurnya untuk kemudian diikuti dan dilaksanakan, bukan untuk kebaikan Allah tetapi untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Sabtu, 10 Januari 2015

NABI ISA DALAM TANGGAL MERAH KRISTEN


Kalender syamsiah adalah sistem penanggalan dengan menggunakan perhitungan atas dasar gerakan yang dilakukan oleh matahari dalam orbitnya. Kalender ini dipergunakan hampir diseluruh dunia untuk mengetahui perputaran waktu dan perhitungan hari. Indonesia merupakan salah satu pengguna kalender ini meskipun sebagian besar (Sensus 2010 85%) adalah beragama islam. Walaupun dalam beberapa kalender dibuat berdampingan antara kalender hijriah dengan kalender masehi namun, dibuat seperti catatan kaki artinya berada dibawah tanggal kalender masehi.

Hal yang terganjal dalam pikiran penulis dalam kalender ini adalah terkait dengan pembuatan tanggal merah atau hari libur yang dibuat secara nasional. Artinya bahwa ketika tanggal merah itu ada dalam kalender semua aktifitas pekerjaan pun diliburkan secara nasional. Pada umumnya pembuatan tanggal merah ini didasarkan pada hari-hari besar keagamaan dan kejadian-kejadian yang bersifat nasional yang perlu diperingati.Dari sederetan tanggal merah yang ada, ada sekitar ada sekitar empat belas item tanggal merah dengan rincian berikut:

Islam
Kristen
Hindu
Budha
Tionghoa
Indonesia














Seperti sudah yang sudah tertera pada tabel di atas, ada 4 hari libur yang mengarah pada orang kristen yaitu tahun baru masehi, wafat yesus kristus, kenaikan yesus kristus, dan hari raya natal. Wafat yesus kristus dan kenaikan yesus kristus inilah yang menjadi tanda tanya besar dalam pikiran penulis. Dalam kalender tahun 2015 istilah diganti wafat isa al masih dan kenaikan isa al masih. Entah mulai kapan penggunaan istilah ini dalam kalender wallahu a`lam yang pasti ini ada sesuatu yang salah. Bahkan dalam kalender muhammadiyah tahun 2015 mencantumkan wafat isa al masih dan kenaikan isa al masih.

Kalau saudara melihat disitus wikipedia, dalam daftar hari liburnya tidak ditemukan istilah wafat isa ala al masih maupun kenaikan isa al masih tetapi menggunakan istilah wafat yesus kristus maupun Kenaikan Yesus Kristus.Menurut penjelasan Wikipedia Kenaikan Yesus Kristus/ kenaikan isa al masih adalah peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Kebangkitan Yesus, dimana disaksikan oleh murid-murid-Nya, Yesus Kristus terangkat naik ke langit dan kemudian hilang dari pandangan setelah tertutup awan, seperti yang dicatat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Berbeda dengan Wafat isa al masih yaitu hari ketika isa mati ditiang salib.

Penggunaan istilah Isa oleh orang kristen dalam memperingati hari kelahiran dan kebangkitan yesus adalah sesuatu yang ambigu dan salah. Sebab, dari jaman kristen ada di Indonesia mereka tidak pernah menggunakan istilah Isa sebagai anak tuhan tetapi yang digunakan Yesus anak tuhan. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa akhir-akhir ini mereka menggunakan isitlah Isa? Padahal dari dulu mereka menggunakan istilah Yesus Kristus. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah dalam upaya menyesatkan kaum muslimin sehingga mereka memiliki anggapan bahwa semua agama sama (doktrin pluralisme), mau kristen mau, islam islam semua akan masuk syurga, sehingga dengan momentum ini mereka masuk dan mengajak umat islam untuk masuk kristen dengan tawaran yang menggiurkan.Isa dalam islam tidak sama dengan Isa dalam pandangan kristen (kalau istilah Isa dipaksakan berlaku). 

Menurut islam Isa adalah seorang Nabi Utusan Allah yang ditugaskan khusus untuk kaum bani israil dalam rangka menggenapkan ajaran Musa. Namun, dalam perjalan kerasulannya orang Yahudi tidak mengakui Isa sebagai Nabi bahkan mereka berencana untuk membunuhhnya. Sedangkan dalam pandangan kristen Isa itu adalah Putra Allah, yang merupakan Jelmaan dari Allah dalam wujud manusia dalam rangka menebus dosa manusia. Sehingga dalam konsep ketuhanan, mereka mengenal tiga unsur Tuhan/Allah tetapi merupakan satu kesatuan.

Total Tayangan Laman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *