Rabu, 30 April 2014

Manajemen Perguruan Tinggi

         Kerisauan tentang rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di pasar global menyimpan satu pertanyaan, apa yang seharusnya dibenahi dengan pendidikan kita? Pendidikan yang bermutu tercermin pada sekolah yang bermutu. Perguruan Tinggi yang bermutu menghasilkan SDM yang bermutu. Rendahnya mutu SDM signifikan dengan rendahnya mutu pendidikan. Lee Iacocca dalam tulisannya “Bila pendidikan berhasil orang juga akan berhasil”, mengisyaratkan bahwa diperlukan mutu pendidikan agar menghasilkan SDM yang bermutu. Menurut Josep M. Juran masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan). Oleh karena itu lembaga pendidikan perlu berpikir apa saja batu besar (hal yang penting) yang harus dikelola dengan baik? Sehingga tidak terjadi salah pengelolaan, dalam arti tidak tersebar pada hal-hal kecil yang tidak substantif bahkan cenderung kurang berdampak positif terhadap peningkatan mutu. Munculnya berbagai lembaga pendidikan baru yang tiba-tiba diakui keberadaannya oleh masyarakat, mengkondisikan sebuah persaingan yang ketat. Padahal jam terbang mereka relatif pendek, sehingga aspek kualitas belum teruji benar atau belum terandalkan. Harus diakui bahwa lembaga pendidikan baru ini menawarkan pembelajaran trend yang digandrungi masyarakat masa kini. Biasanya berlabelkan pembelajaran berwawasan masa depan. Keberadaannya yang mempunyai nilai jual tinggi tentu saja biaya pendidikannyapun tinggi. Sementara itu pada sisi lain kecenderungan orang tua memilih sekolah karena prestise bukan faktor mutu pendidikan, dan berpendapat bahwa yang bermutu itu yang mahal. Dengan segala macam promosinya lembaga pendidikan baru ini mampu menjual program dan memikat masyarakat untuk memilihnya, walau harga yang ditawarkan cukup melangit. Akan tetapi perlu disadari juga bahwa tidak semua lembaga pendidikan baru tak bermutu. Pada situasi ini berarti, pangsa pasar yaitu orang tua yang cenderung tetap atau fanatik pada sekolah-sekolah tertentu telah tersedot ke lembaga pendidikan baru itu. Hal ini mengakibatkan tergesernya lembaga pendidikan yang sudah lama eksis, mulai tidak diakui masyarakat bahkan lambat laun gulung tikar. Lalu apa sebenarnya yang harus dipersiapkan oleh sebuah lembaga pendidikan agar diakui dan dicari oleh masyarakat dalam mempertahankan eksistensinya? Saat ini lahan pendidikan sudah dilirik oleh pengusaha-pengusaha bermodal besar yang sebelumnya bergerak di luar bidang pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan sudah menjadi lahan bisnis. Pendidikan mereka kelola secara profesional, dan tidak mustahil bila pengelolaannyapun berdasarkan manajemen bisnis. Sementara banyak lembaga pendidikan yang masih menerapkan manajemen tradisional dan menganggap pendidikan masih sebagai lembaga sosial. Walaupun pada kenyataannya masyarakat tertentu masih membutuhkannya karena biaya relatif murah. Kedua jenis lembaga ini bersaing pada masa yang sama. Maka bagaimana seharusnya manajemen yang cocok untuk bidang pendidikan pada era globalisasi dan era persaingan yang sangat ketat?
      Tuntutan perubahan jaman pada era globalisasi membawa dampak pergeseran fungsi pembelajaran dari yang terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Kondisi ini menuntut reformasi pembelajaran. Reformasi pembelajaran seperti apa yang perlu dipersiapkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk mengantisipasi kehidupan di masa datang? Situasi dan kondisi yang telah dipaparkan di atas membawa konsekuensi logis kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan akan kehidupan masa depan. Hal ini pun dianggap logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah antisipatif untuk mempersiapkan kemampuan yang perlu dimiliki agar bertahan pada zamannya. Banyak hal yang perlu dipikirkan dan digumuli secara serius, misalnya materi pendidikan yang harus disesuaikan dengan tuntutan jaman, penyampaian materi sehingga dimiliki oleh mahasiswa, bagaimana masyarakat mengetahui inovasi yang dilakukan dalam pengelolaan pendidikan sehingga masyarakat tetap mengakui keberadaannya, bagaimana mengelola keuangan dimana bukan hanya keuntungan yang diraih dan menjadi fokus namun stabilitas dari semua pendukung tetap terjaga, bagaimana mengembangkan sumber daya manusia yang ada dan mendaya gunakannya dan sebagainya. Agar dapat mewujudkan hal ini tentunya diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Untuk menjamin mutu di sekolah tinggi ilmu hukum muhammadiyah bima maka ada 7 hal besar yang harus dibenahi yaitu: (a) sensitivitas lembaga terhadap perubahan dan peluang, (b) manajemen organisasi, (c) manajemen strategi, (d) manajemen sumber daya manusia, (e) reformasi pembelajaran, (f) pembiayaan pendidikan, (g) marketing pendidikan Ke tujuh bidang utama yang perlu dikelola dengan pendekatan manajemen baru.
         Pembenahan manajemen pada semua aspek ini dalam rangka pembenahan secara global karena satu dan lain hal akan saling terikat, dan diharapkan menuju keberhasilan yang sesuai pada zamannya. Sensitivitas Lembaga Terhadap Perubahan dan Peluang Lembaga pendidikan berfungsi dan berperan dalam pembentukkan sumber daya manusia yang berkompeten pada jamannya, kreatif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menuntut para manajer pendidikan untuk mencari dan menerapkan suatu manajemen baru yang dapat mendorong perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu pembenahan manajemen pendidikan sangatlah diperlukan. Pembenahan manajemen pendidikan diperlukan sensitivitas lembaga dalam melihat sebuah perubahan yang muncul untuk mengelola kegiatan antisipasi yang harus dilakukan terhadap dampak dari perubahan tersebut, sekaligus melihat peluang yang munculyang dapat diambil untuk pengembangan lembaga.
Perubahan apa yang Muncul dan Membawa Dampak dalam Pendidikan?
       Manajemen dalam mengelola pendidikan tidak dapat dilepaskan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukti dari pertalian erat tersebut adalah perubahan yang terjadi pada hampir semua aspek kehidupan manusia dengan berbagai permasalahan yan ditimbulkannya dapat dipecahkan melalui upaya penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi demikian membawa dampak kepada perlunya seseorang mengikuti perkembangan dan menguasai ilmu pengetahuan an teknologi yang terus berkembang dan berubah. Perkembangan dan perubahan yang terus bergulir ini pun membawa manusia ke era persaingan global yang ketat. Oleh karena itu kalau tidak ingin kalah bersaing dalam era globalisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien. Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing international dan mempunyai kompetensi untuk bertahan pada perkembangan zaman menjadi suatu perhatian penting dalam manajemen pendidikan.
         Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Menurut Reigeluth dan Garfinkle (1994) dalam Syafaruddin, kebutuhan terhadap paradigma baru pendidikan di dasarkan atas perubahan besar-besaran dalam kondisi dan kebutuhan-kebutuhan pendidikan dalam masyarakat informasi. Untuk melakukan perubahan tersebut maka peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah-sekolah yang bermutu yang menghasilkan SDM terandalkan dan tangguh yang dibutuhkan masyarakat. Kualitas pendidikan yang diserap pada sekolah yang bermutu sudah seharusnya dipersiapkan seirama dengan perkembangan zaman. Saat ini zaman berada pada era globalisasi dan informasi, maka era inilah yang membawa perubahan-perubahan mendasar dan mewarnai kehidupan pendidikan. Dosen mengatur, mahasiswa diatur.
       Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Di berbagai organisasi selalu menjalankan fungsi manajemen yang seharusnya dilaksanakan yaitu “Planning,Organizing, Actuating, dan Controlling”. Fungsi- fungsi tersebut tidak jauh berbeda di dalam manajemen pendidikan. Yang membedakan manajemen pendidikan dengan manajemen lainnya adalah komponen di dalamnya. Komponen manajemen pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, mahasiswa, steakholder, fasilitas, pembiayaan, school public relation, dan sebagainya.
Ada beberapa teori manajemen yang dapat menjadi panduan pembenahan manajemen pendidikan. Jika kita berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu industri, maka langkah selanjutnya berpikir bagaimana mengembangkan industri itu untuk terus bertumbuh. Maka dalam bingkai pemikiran ini kita memerlukan panduan yang sesuai. Manajemen Mutu Terpadu atau lebih dikenal dengan Total Quality Management dapat dijadikan “guiding philosophy” yang tentunya ditarik ke dunia pendidikan. Malcolm Baldrige Quality Program dapat menjadi salah satu panduan dalam menentukan hal-hal apa saja yang perlu dikelola dengan benar dan harus diperhatikan untuk menjadi sekolah yang bermutu. Balanced Scorecard dapat membantu menyediakan informasi akutansi manajemen strategis yang dapat menuntun dalam mengambil keputusan agar konsisten dengan strategi lembaga.
        Dosen memilih dan memaksakan Bagaimana Menyikapi Peluang dalam Manajemen Pendidikan? Peluang yang tersedia dalam mengelola pendidikan merupakan suatu tantangan bagi lembaga pendidikan. Peluang tersebut tentunya tidak disia-siakan oleh lembaga pendidikan dan segera mengambil perannya untuk menghadapi tantangan ke depan. Tantangan yang dihadapi membuat lembaga pendidikan selalu berpikir dan berjuang mempertahankan eksistensinya. Setiap lembaga pendidikan harus melakukan pembenahan dengan mendasari pada komitmen yang tinggi untuk menentukan langkah-langkah strategis, dan berkiprah pada situasi international.
      Beberapa komitmen itu antara lain : (1) menekankan pada standar kendali mutu dengan menetapkan strategi-strategi dalam mencapai target yang telah ditetapkan dan konsisten melakukan perbaikan berkelanjutan, (2) memberdayakan seluruh sumber yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber dana yang lain, (3) meningkatkan profesionalitas kerja, (4) mengadakan evaluasi yang berkesinambungan baik evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif, (5) mengadakan penelitian dan pengkajian dalam pengembangan program, (6) mengikuti dinamika perubahan zamannya dan selalu melakukan inovasi-inovasi dalam segala bidang.
      Komitmen- komitmen tersebut tentunya framework pengelolaan pendidikan, Selanjutnya komitmen-komitmen di atas juga menjadi dasar untuk menentukan langkah dalam pengelolaan pendidikan. Langkah-langkah itumeliputi : (1) menganalisis fungsi dan peran lembaga pendidikan, (2) menetapkan visi dan misi, (3) mencari kesenjangan yang muncul antara apa yang telah dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, (4) mengevaluasi respon masyarakat terhadap layanan pendidikan yang diberikan, (5) mencermati dan menganalisa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) menyikapi problem yang dihadapi masyarakat untuk mencarikan solusi lewat kegiatan
akademis, (7) menganalisis kebutuhan kompetensi SDM masa depan, (8) mengatur strategi dan kegiatan preventif dalam menghadapi persoalan masa depan, (9) menganalisis dan memberdayagunakan pihak- pihak terkait dalam perencanaan, proses, hasil dan feedback , (10). menentukan strategi pencapaian tujuan.

Manajemen Organisasi

Ketika lembaga sensitif terhadap perubahan yang bergulir dan peluang yang ditawarkan, serta mempunyai komitmen dalam mempertahankan eksistensinya dengan menetapkan langkah strategis dalam pengelolaan pendidikan, maka lembaga memerlukan suatu organisasi untuk mewujudkannya. Organisasi merupakan unsur penting dalam manajemen. Manajemen tidak bermakna apabila organisasi tidak ada. Organisasi yang tangguh adalah organisasi yang memiliki sumber daya manusia bermutu, aktif, bersemangat, struktur organisasi mantap, dan mempunyai system informasi yang up to date. Di dalam organisasi selalu ada orang-orang yang mempunyai tugas dan peran masing-masing. Mereka saling berinteraksi dalam sebuah struktur organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat input, proses, output dan feedback. Suatu organisasi di bangun tentu memiliki tujuan. Salah satu tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ada satu pendekatan yang biasa di terapkan di berbagai industri besar dalam meningkatkan mutu adalah Quality Trilogi (Dr. Joseph M. Juran). Sementara itu pendidikan pada dasarnya adalah suatu industri di bidang sumber daya manusia, dengan demikian quality trilogy dapat diterapkan. Quality trilogy dapat menjadi suatu pertimbangan dalam membangun struktur organisasi. 

      Struktur organisasi yang dapat mengakomodir fungsi manajemen ( planning, organizing, actuating, controlling ) sekaligus quality trilogy controlling ) sekaligus quality trilogy perencanaan mutu, pengawasan mutu, pengingkatan mutu) dapat dilihat pada gambar 2.
        Pada struktur tersebut tim perencana, pengkajian dan pemberi informasi posisinya seharusnya sangat bebas sehingga mampu berperan dalam memberikan segala macam pemikiran dalam pengembangan lembaga dalam melihat peluang ke depan dan merencanakan strategi untuk tetap diakui keberadaannya di tengah masayarakat tanpa ada tebengankebijakan, tekanan atasan dan sebagainya.
       Kebijakan, peraturan dan yang sejenis menempel pada tim pembuat keputusan yang pada akhirnya turun ke tim strategy planning (dalam konteks pelaksanaan program). Dalam manajemen tradisional seringkali tim ini tidak ada atau tidak dianggap perlu. Kegiatan yang dilakukan tim 1 dapat meliputi: (1) identifikasi masalah dimana didalamnya ada kegiatan mencari, menemukan dan mengidentifikasi kondisi lingkungan serta trend masa depan, (2) membuat rencana dengan fokus dimana di dalamnya ada kegiatan menciptakan, mengembangkan alternatif solusi, (3) memilih alternatif yang sesuai dengan lembaga tersebut sebagai rekomendasi. (4) mendapatkan feedback dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi kegiatan/pelaksanaan.
        Organisasi akan tetap eksis di tengah masyarakat jika mempunyai komitmen terhadap: satu tujuan; fokus terhadap pelanggan; obsesi yang tinggi terhadap kualitas, motivasi berprestasi dan mengejar daya saing; perencanaan jangka panjang; antisipatif dan proaktif; kerjasama tim yang dinamis; anggota organisasi selalu tekun bekerja, giat berusaha dan terus meningkatkan pengetahuan dan kecakapannya; pemberdayaan dan mendorong anggota untuk maju; memperbaiki proses secara berkesinambungan; terus menerus menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Agar komitmen tersebut tetap terjaga oleh organisasi maka dalam sepanjang waktu perlu dilakukan : (a) membina proses; Dalam kegiatan ini anggota organisasi melakukan pekerjaannya sebagaimana ditetapkan dalam uraian pekerjaannya. (b) melakukan perbaikan performance secara perorangan dan atau kelompok, (c) menangani krisis, ini berarti menghadapi dan menangani keadaan darurat.
Apabila perbaikan performance dilakukan secara aktif akan menciutkan area penanganan krisis. Agar organisasi dapat mencapai tujuan maka dalam membina proses perlu dibentuk satu “kelompok penggerak dan perintis perubahan”. Untuk menjalankan perannya, ia terlepas dari hirarki organisasi, anggotanya mempunyai idealisme, pengetahuan dan kecakapan, reputasi baik, mempunyai hubungan baik dengan anggota- anggota lainnya.
        Pemimpinan yang bermutu mempengaruhi laju gerak organisasi. Pimpinan harus mengambil inisiatif. Setiap respon organisasi pendidikan terhadap suatu perubahan ditentukan oleh pola kepemimpinan yang dijalankan. Oleh karena itu pemimpin harus memberikan contoh dalam pola pikir, pola sikap, pola tindak tentang mutu dalam setiap keputusan dan aktivitasnya. Pemimpin dalam satu struktur organisasi dapat digolongkan menjadi lower management, midlle management, top management. Masing-masing klasifikasi pimpinan itu perlu ada batasan dalam perannya sehingga gerak organisasi dapat berjalan lancar, tidak ada tumpang tindih dalam pengambilan keputusan. Lower management dapat mengambil bagian untuk operation control, midlle management dapat mengambil bagian untuk management control, sedangkan top management dapat mengambil bagian pada strategic planning.

Manajemen Strategy

Ketika lembaga pendidikan memasuki lingkungan bisnis maka saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif dan turbulen. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan memerlukan sistem manajemen strategik yang pas dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai sasaran. Balanced scorecard memberikan satu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu lembaga pada manajer-manajer di organisasi. Balanced scorecard dapat membantu menyediakan informasi akuntansi manajemen strategik yang dapat menuntun dalam mengambil keputusan penyusunan rencana strategik agar konsisten dengan strategi lembaga.
          Banyak lembaga dengan manajemen berkutat tradisional masih meningkatkan laba hanya pada sisi keuangan. Ketika diadakan kebijakan pada sisi keuangan terjadi ketimpangan-ketimpangan pada sisi lain. Lembaga macam ini kecenderungannya memfokuskan pada kinerja jangka pendek. Lembaga pendidikan membutuhkan kinerja jangka panjang sehingga perlu memperhatikan sisi lain agar terjadi keseimbangan yang menyebabkan naiknya kinerja keuangan. Ada 4 perspektif yang perlu menjadi perhatian utama yaitu keuangan, customer, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektive keuangan untuk melihat apakah kinerja keuangan meningkat? Perspektif customer untuk mengukur mutu, pelayanan dan biaya dalam memuaskan pelanggan. Nilai yang sering kali muncul oleh pelanggan terhadap lembaga dirumuskan dari fungsi pendidikan untuk pelanggan + mutu adalah kesesuaian dengan standar permintaan pelanggan + citra adalah daya tarik pelanggan yang tercipta karena proses komunikasi yang tercipta + harga adalah perbandingan harga relatif dengan produk pesaing + waktu adalah ketersediaan dan kecepatan pemenuhan kebutuhan pelanggan + hubungan . Perspektif proses bisnis internal mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga dalam mencapai sasaran. Rantai internal yang dapat diterapkan:
(1) Identifikasi kebutuhan pelanggan,
(2) Proses inovasi dengan mengenali customer dan ciptakan program,
(3) Proses operasi dengan bangun program dan luncurkan program,
(4) Pendampingan purna proses dengan melayani pelanggan selama proses berjalan dan purna program. Prespektif pembelajaran dan pertumbuhan mengukur kemampuan lembaga untuk mengembangkan dan memanfaatkan SDM sehingga tujuan strategik dapat tercapai.
          Melalui ke 4 perspektif ini maka lembaga dapat memperluas cakrawala dalam menafsirkan trend perubahan secara makro. Dalam perumusan strategi disertai dengan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) yang dilaksanakan melalui ke 4 perspektive tersebut, sehingga diperoleh gambaran umum. Dari kondisi itu maka dibuat perumusan strategi dengan sasaran strategi jangka panjang, yang kemudian diturunkan pada program-program, pada akhirnya penyusunan anggaran yang bersifat
komprehensif.
            Berdasarkan analisis di atas maka telah ditentukan sasaran. Banyak organisasi telah menyusun sasaran bahkan sasaran yang amat spesifik, tetapi gagal mengembangkan rencana dan tindakan yang nyata. Oleh karena itu diperlukan “manajemen berdasarkan sasaran” dengan lebih mudahnya penulis mengatakan sebagai “segitiga pengaman”. Segitiga pengaman dapat di lihat pada gambar 3.
Adapun contoh sederhana keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh mahasiswa.
Menentukan sasaran:
  1.   Mengumpulkan berbagai informasi tentang keterampilan era reformasi dari berbagai sumber, apakah keterampilan tsb benar-benar dibutuhkan, mahasiswa jenjang mana saja yang membutuhkan keterampilan tersebut, konsekwensi apa yang harus ditanggung bila keterampilan tsb di berikan kepada mahasiswa, dan sebagainya.
  2. Mempersatukan semua informasi dalam satu bentuk urutan logis.
  3. Merencanakan keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh mahasiswa dilengkapi dengan suatu analisis dan alasan-alasan yang menguatkan, hal-hal apa yang berubah dengan adanya program tsb, hal-hal apa yang mendukung dan perlu pengelolaan serius agar mendukung program dengan maksimal, dan sebagainya.
  4. Memutuskan keterampilan era reformasi yang akan di dilaksanakan dan kebijakan apa yang muncul untuk mendukung program tersebut.
Mengarahkan Pencapaian Sasaran
1. Mengkoordinasikan agar semua berjalan sesuai perencanaan.
2. Mengkomunikasikan kepada semua pihak terkait untuk meperlancar dan mendukung program.
3. Memotivasi semua pihak agar stabilitas program terjaga.
4. Mengarahkan, membimbing dan menasehati semua pihak dalam mencapai sasaran program. 

Manajemen Sumber Daya Manusia

Di dalam organisasi ada beberapa orang yang melakukan kegiatan sesuai tugas masing-masing dan mereka saling berinteraksi. Sebenarnya bukan hanya interaksi saja namun setiap individu di dalamnya perlu dipacu untuk terus andil mengambil peran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia di dalam organisasi sangatlah penting. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen organisasi yang memfokuskan pada pengelolaan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia dibagi dalam beberapa area kerja yaitu desain organisasi, pengembangan organisasi, perencanaan dan pengembangan karir pegawai, perencanaan sumber daya manusia, sistem kinerja pegawai, kompensasi dan gaji, kearsipan pegawai. Perlu dipahami juga oleh suatu organisasi bahwa pilar utama dalam membangun organisasi yang berwawasan global adalah kemampuan setiap individu yang tergabung dalam organisasi. Satu pertanyaan kritis muncul karakteristik individu seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu lembaga dalam era reformasi. Karakteristik sumber daya manusia yang diperlukan saat ini adalah mempunyai integritas, inisiatif, kecerdasan, keterampilan sosial, penuh daya dalam bertindak dan penemuan baru, imajinasi dan kreatif, keluwesan, antusiasme dan mempunyai daya juang (kecerdasan adversity / kemampuan mengubah hambatan menjadi peluang), mempunyai pandangan ke depan dan mendunia. Kemampuan-kemampuan diantas adalah kemampuan yang dianggap sesuai untuk era reformasi. Dalam recruitment dan pengembangan sumber daya manusia tentunya mengacu kepada karakteristik-karakteristik di atas.
        Lembaga mempersiapkan panduan recruitment sesuai karakteristik tsb. Karyawan atau dosen yang baru yang menginjakkan kakinya untuk bergabung bersama membutuhkan “masa orientasi ” agar nantinya mampu berkembang dan berjuang sesuai yang diharapkan lembaga. Masa orientasi sangat penting untuk mengurangi keluhan pada masa mendatang akan ketidakmampuan individu ketika lembaga mengadakan perubahan. Masa orientasi ini perlu di desain sebaik mungkin karena merupakan masa transisi dimana setiap individu dibentuk sesuai yang diharapkan lembaga dengan dimulai dari kompetensi awal yang dimiliki mereka. Kegiatan pada masa orientasi terbatas pada waktu tertentu dan kegiatan dapat berupa pelatihan atau kegiatan apa saja yang wajib diikuti oleh setiap individu untuk memenuhi standar yang diharapkan. Masa ini menjadi masa kritis dosen untuk tetap dipertahankan atau tidak bergabung dengan lembaga. Masa orientasi dapat diteruskan pada “masa pemantapan” dengan pola yang sama dengan orientasi hanya kadar kompetensi yang dituntut berbeda.
         Dosen seumur hidupnya cenderung tetap menjadi dosen karena peluang menjadi kepala sekolah sangatlah minim. Hal ini disebabkan satu sekolah hanya membutuhkan satu kepala sekolah. Realita keseharian kualitas dosen berbeda-beda, ada dosen yang dapat diandalkan ada pula dosen yang hanya sekedar menjalankan tugas. Lalu apa yang membedakan dosen yang berkualitas dengan yang tidak? Apa yang membuat dosen termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya? “Career development ” dapat menjadi solusinya. Career development perlu diciptakan oleh lembaga agar dapat memotivasi setiap individu yang terlibat. Setiap individu tahu jelas persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki satu jabatan atau tingkatan tertentu. Bagi individu ada satu kepastian sejauh mana kemampuan dan pengetahuannya perlu dikembangkan. Setiap individupun dapat menilai dirinya sendiri pada level apa sebenarnya kemampuan dan pengetahuannya. Jelas disini dapat menghindari unsur subyektivitas. Career development dapat menjadi satu nilai positif ketika pada setiap level di dalamnya jelas alat ukurnya. “Pengendalian posisi ” dapat menjadi partner dalam career development. Karena dalam pengendalian posisi ada aturan untuk kapan dipromosikan, berapa lama di posisi tersebut, kapan berhenti, individu tersebut direncanakan untuk posisi apa dan sebagainya. Pengendalian posisi ini untuk mengantisipasi jika semua dosen mempunyai motivasi berprestasi sekaligus mensortir dosen yang tak mempunyai motivasi berprestasi. Kondisi demikian akan memicu setiap individu untuk berprestasi sesuai dengan harapan individu dan lembaga.

Reformasi Pendidikan

Reformasi kini menjadi suatu keharusan dalam pembenahan pendidikan khususnya pembelajaran. Reformasi ada dalam rangka memuaskan pelanggan/masyarakat dengan memberikan pelayanan yang lebih baik agar sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka.

        Konsep pembelajaran reformatif berpusat kepada mahasiswa, interaktif atau terjadi interaksi multi arah, multidisipliner, kerja kelompok, dosen sebagai fasilitator, mengajarkan bagaimana mempelajari sesuatu, dimungkinkan tim teaching untuk memperoleh kajian lintas disipliner, memberikan peluang kepada mahasiswa mengalami berbagai gaya belajar, pembelajaran kristis dengan pendekatan pemecahan masalah ( problem solving) yang berorientasi ke masa depan. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran reformatif maka perlu diadakan persiapan baik dari dosen maupun mahasiswa. Dosen harus bersikap demokratis, selalu mengembangkan kemampuannya dan belajar terus. Harus ada perubahan paradigma dosen dengan strategi seperti (a) dosen berhak untuk mencari informasi dan mengembangkan diri dalam jam kerjanya baik secara individual maupun kelompok (diskusi) misalnya 4 jam/minggu, (b) dosen berhak mengikuti pelatihan yang telah didesain dan ditetapkan oleh organisasi dan dimungkinkan pilihannya sendiri misalnya 100 jam/tahun, (c) dosen berhak membuat karya tulis ilmiah dan dipublikasikan misalnya minimal 1 tulisan/semester, (d) dosen berhak membuat penelitian sederhana minimal 1 penelitian/tahun.
Kondisi demikian tentunya membawa konsekuensi yang perlu direncanakan misalnya adanya wadah untuk menampung tulisan dosen, adanya reward bagi dosen yang sudah berusaha keras mengembangkan diri. Dalam pelaksanaan dapat dilakukan dengan program pembimbingan antardosen. Misalnya membuat karya tulis ilmiah, dosen yang mampu dapat menjadi membimbing dosen yang belum mampu sehingga dosen yang mampu bertumbuh menjadi pembimbing sedangkan dosen yang belum mampu mempelajari sesuatu dari temannya. Setiap terjadi pembimbingan maka nama pembimbing tercantum dalam karya tersebut. Program demikian dapat dinamakan“ tumbuh bersama ”.
         Untuk merangsang terjadinya proses pembelajaran reformatif maka diperlukan langkah langkah yang disebut dengan “TUAI” masa depan, yang artinya : Tunjukkan kemampuanmu, Usahakan sebaik mungkin, Akal dan pikiran terus dimotivasi, Informasi dan Ilmu dicari terus. Selain itu perlu labelisasi dosen kompetensi dan kemampuan yang ditentukan misalnya, dosen yunior, dosen senior, pelatih yunior, pelatih senior, penulis buku, staf ahli dan sebagainyanya. Kondisi demikian dapat memberikan peluang bagi dosen untuk mereformasi system pembelajarnnya karena memang dosen tersebut mempunyai kompetensi. Kompetensi professional dosen seharusnya meliputi akademis/ pendidikan, penelitian/ action research classroom , pengabdian masyarakat/pelayanan. Ketiga kompetensi itu akan membentuk dosen secara utuh dalam profesinya yang kemudian dilengkapi dengan kompetensi personal dan sosial.
      Strategi pembelajar pun akan menjadi suatu hal yang penting dalam peranannya untuk membentuk seseorang yang nantinya mampu bertahan dalam kehidupannya. Strategi pembelajaran dapat berdasarkan kepada learning how to know/learning how to think, learning how to learn, learning how to do, learning how to live together, learning how to be, learning how to have a mastery of local, learning how to understand the nature/God made (belajar mengetahui/belajar berpikir, belajar bagaimana belajar, belajar berbuat, belajar hidup bersama, belajar menjadi diri sendiri, belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan lokal, belajar memahami lingkungan sekitar). Ahli manajemen Jepang, Konsosuke Matsuhita, mengemukakan bahwa sebelum belajar melakukan sesuatu, harus kita pelajari dulu bagaimana seharusnya kita berperilaku sebagai manusia. Dari sana, dapatlah dikatakan bahwa “mengajarkan bagaimana sesuatu seharusnya dilakukan” adalah pendidikan dalam bentuknya yang paling rendah. Pendidikan seharusnya mengajari bagaimana caranya belajar dan bukan memberikan instruksi tentang suatu pelajaran tertentu. Apa yang harus dipelajari tidaklah benar- benar penting. Yang penting adalah bagaimana cara mempelajarinya. Dengan demikian maka dapat mengakomodasi pergeseran fungsi pembelajaran dari terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Hal ini terjadi karena situasi dan kondisi yang terus bergulir begitu cepat sehingga seseorang perlu belajar seumur hidup.
Pembiayaan Pendidikan
          Berbagai biaya harus ditanggung oleh lembaga dalam peningkatan kualitas. Seharusnya biaya dialokasi kepada: (1) biaya pencegahan (2) biaya deteksi/penilaian, (3) biaya kegagalan internal, (4) biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk pencegahan ketidak kesempurnaan program dalam perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan program. Biaya deteksi (penilaian) adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah program memenuhi syarat kualitas. Dalam hal ini berfungsi untuk mendeteksi adan menghindari kesalahan. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidak sesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum program dilaksanakan. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena program/jasa gagal memenuhi syarat dan diketahui setelah program dilaksanakan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena bila salah maka menyebabkan reputasi buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar.
          Aspek pembiayaan sangatlah menentukan kelangsungan dari suatu lembaga pendidikan. Dalam merencanakan suatu pembiayaan pendidikan apalagi pendidikan merupakan salah satu bagian dari bisnis maka pengelolaan keuangan sangat menentukan dalam meraih keuntungan dan menjamin kelangsungan lembaga tersebut. Balanced scorecard baik diterapkan pada masa kini untuk peningkatan kinerja keuangan namun tidak meninggalkan aspek yang lain.
         Dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan lagi bahwa perlu biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional, riset dan pengembangan, pembekalan, investasi masa depan, dan sebagainya. Sementara pemasukkan cenderung stabil. Lalu bagaimana untuk mengelola keuangan tersebut. Perlu dipikirkan “ perimbangan biaya” pada setiap biaya yang dikeluarkan. Perimbangan biaya ini tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dimungkinkan. Perimbangan biaya tersebut misalnya : (a) Lembaga telah mengeluarkan biaya untuk pembekalan sumber daya manusia agar mempelancar pelaksanaan operasional maka dapat dilakukan satu program untuk perimbangan biaya yang dapat dilakukan. Misalnya menyusun satu paket pelatihan untuk eksternal/orang luar yang dikemas secara professional memanfaatkan sumber daya manusia intern yang telah terlatih, dan menggunakan fasilitas yang sudah ada. Maka keuntungan ganda akan muncul, lembaga akan dikenal oleh masyarakat, sumber daya manusia intern dapat mengaktualisasi dirinya, memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin dan lembaga mendapat keuntungan nominal dari program tsb. (b) Lembaga menyiapkan fasilitas gedung dengan ruangan (aula) yang memadai untuk memperlancar opersional. Setelah tidak ada kegiatan sekolah maka aula, ruang lab dan sebagainya menjadi ruangan kosong. Pada kondisi ini dapat perimbangan biaya yang dapat dilakukan misalnya dengan menyewakan ruangan tersebut untuk masyarakat sekitar. Yang tentunya dalam pelaksanaan perlu aturan main yang tidak membahayakan atau merugikan lembaga. Ruang/lab komputer dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk pelatihan/ruang kursus. Ruang laboratorium beserta peralatan dapat dikelola (seperti perpustakaan umum) untuk kegiatan penelitian. Namun ada satu syarat bila dikelola secara professional sehingga tidak menggangu pelaksanaan kegiatan sekolah. (c) Pembuatan buku yang didesain oleh lembaga dengan melibatkan dosen yang ada. Kondisi ini menguntungkan karena sekolah sudah mempunyai pasar sendiri sehingga tidak takut lagi buku tersebut tidak akan laku. Sementara di sisi lain dapat terciptanya wadah untuk menyalurkan bakat dosen sebagai penulis. (d) Lembaga menciptakan perusahaan kecil sebagai pendampingan misalnya percetakkan buku, toko alat tulis, catering yang dikelola secara profesional dan melibatkan kewenangan organisasi dalam networking pelaksanaan. Misalnya ada makan siang yang dikelola oleh lembaga, berarti keuntungan bisa masuk ke lembaga lagi. (f) Pendidikan saat ini sebagai suatu industri SDM maka sudah tidak tabu lagi bila pembiayaan menggunakan sponsor-sponsor sepanjang tidak bertentangan dengan dunia pendidikan. 

Marketing Pendidikan

Lembaga pendidikan selalu menginginkan sekolahnya dicari oleh masyarakat. Di sisi lain masyarakat membutuhkan informasi tentang sekolah mana yang memenuhi standar mutu sesuai yang diharapkan. Hal ini dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mereka memilih sekolah untuk putra putrinya. Oleh karena itu marketing pendidikan sebagai bidang yang harus digarap secara serius dan menjadi lahan yang diperhitungkan.
Dalam penggarapan marketing pendidikan diperlukan:
1. Input:
  1. Riset pasar terutama mengenai data customer , meliputi siapa yang menjadi sasaran program, apa kebutuhan mereka, bagaimana pandangan mereka tentang pendidikan, bagaimana kemampuan mereka dalam hal biaya/keuangan masyarakat, trend pendidikan seperti apa yang muncul di kalangan mereka, jenjang sekolah mana yang menjadi incaran customer , siapa pemakai program, harapan apa yang diinginan dari program.
  2. Data mengenai pesaing, meliputi siapa yang perlu diperhitungkan menjadi pesaing, apa keunggulan para pesaing tersebut, apa yang dicari oleh customer terhadap pesaing, hal apa saja yang menjadi kelebihan pesaing dan menjadi titik lemah lembaga.
2. Output:
  1.   Product sistem , program apa saja yang akan di pasarkan
  2.   Place sistem, tempat yang menjadi pasar harus di ketahui
  3.   Promotion sistem, bagaimana mempromosikan program, apa keunggulan program
  4.   Price sistem, harga sebaiknya sangat fluktuatif dan dinamis
3. Accounting information
Bagian marketing pendidikan berperan dalam menyakinkan masyarakat untuk memberikankepercayaan dalam mendidik putra-putrinya.Bagian marketing pendidikan akan lebih baik jika didampingi dengan “ bagian technical care education”. Bagian ini berbeda dengan marketing. Bagian ini berfungsi untuk membina hubungan baik dengan masyarakat ketika mereka mulai peduli dengan pendidikan. Bagian ini menampung berbagai tanggapan masyarakat. Hal ini penting jika terjadi pandangan negatif, atau ketidakpuasan pelanggan terhadap lembaga/ sekolah maka dapat diadakan pendekatan terlebih dahulu, dengan maksud supaya tidakterjadi pelebaran masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi lembaga, sehingga komplain dapat diminimalisir Selain itu bagian ini juga membuat program-program dalam konteks pendidikan agar orang tua/masyarakat agar lebih memahami filosofi pendidikan. Hal ini dimaksudkan supaya ketika lembaga hendak mengadakan kerjasama dengan mereka maka tidak terjadi kesenjangan pandangan. Kondisi ini memungkinkan terjadi kerjasama dan saling mendukung antara lembaga pendidikan dan orang tua/masyarakat.

Total Tayangan Laman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *