Rabu, 24 Desember 2014

Individualisme dan Sosialisme Dalam Al Qur`an (Part 1)


Individualisme merupakan satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang intervensi dari masyarakat, negara dan setiap badan atau kelompok atas pilihan pribadi mereka. Oleh itu, individualisme melawan segala pendapat yang menempatkan tujuan suatu kelompok sebagai lebih penting dari tujuan seseorang individu yang dengan sendiri adalah dasar kepada setiap badan masyarakat. Pendapat-pendapat yang di tentang termasuk holisme, kolektivisme dan statisme, antara lain. Filsafat ini juga kurang senang dengan segala standar moral yang berlaku ke atas seseorang karena peraturan-peraturan itu menghalangi kebebasan seseorang. 

Perilaku individualisme sudah lama menjangkiti masyarakat Indonesia. Bahkan, sejak zaman penjajahan selama 350 Tahun, masyarakat Indonesia mudah diadu domba karena rasa individualisme. Sekarangpun, perilaku ini sedang menunjukan ‘taringnya’ . Atas nama individualisme praktek LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) mendapat perhatian dari masyarakat indonesia bahkan ada dari kalangan mereka yang ingin perilaku mereka disyahkan oleh negara lewat peraturan perundang-undangan. 

Sikap individualisme kalau ditelisik dari sejarah umat manusia ada semenjak manusia pertama diciptakan. Terjadinya pembunuhan atas Habil oleh kabil merupakan fakta yang tidak terbantahkan yang melambangkan keegoan kabil untuk mendapat kan istri yang cantik dari saudari kembarnya sendiri. Al Quran sendiri secara implisit menyebutkan dalam salah satu suratnya yang bernama Al Ankabut (Laba-laba). Kenapa al Al Ankabut atau Laba-laba? Karena Al Ankabut (Laba-laba) adalah lambang dari individualisme? Mari kita lihat lebih jauh… 

Laba-laba merupakan makhluk yang paling menakjubkan. Para ilmuwan di Amerika Serikat berhasil menemukan bahwa jaring laba-laba mampu menahan kekuatan besar. Kekuatan luar biasa jaring laba-laba tidak hanya disebabkan bahan baku benang sutra yang memang alot, tapi juga desain rumit dari jaring itu sendiri. 

Markus Buehler dari Massachusetts Institute of Technology di Boston mengatakan, kekuatan sesungguhnya dari jaring laba-laba tidak terletak pada benang sutra penyusunnya. "Tapi pada perubahan sifat mekanis ketika ada yang mengenai jaring itu," ujar dia. 

Struktur kompleks jaring berperan penting. Ketika salah satu untaian benang putus atau rusak, misalnya, kekuatan keseluruhan jaring laba-laba justru semakin meningkat. Menurut Buehler, pembuatan jaring menyita sebagian besar energi laba-laba sehingga hewan itu butuh desain yang mencegah perbaikan besar ketika jaring rusak. Para ilmuwan juga menemukan benang sutra pada jaring laba-laba memiliki kemampuan untuk menjadi lunak atau kaku, tergantung seberapa besar beban yang mengenainya. "Ini tidak seperti serat alami atau buatan manusia lainnya," kata Buehler lagi. 

Para ilmuwan membandingkan benang sutra laba-laba dengan tiga bahan lain sebagai pembuat jaring. Ternyata, sutra laba-laba enam kali lebih tahan terhadap kerusakan ketika tertimpa ranting jatuh atau angin kencang. Begitu pula ketika diberi beban tambahan. Hanya satu jalinan benang sutra laba-laba yang rusak. Dengan kerusakan minim itu, laba-laba hanya perlu melakukan perbaikan kecil pada jaringnya setiap ada kerusakan daripada membuat jaring baru. Yang juga mengejutkan, ketika para peneliti mengurangi beban hingga 10 persen dari berbagai titik pada jaring laba-laba, jaring tersebut malah 10 persen lebih kuat. Menurut penelitian ini, benang sutra laba-laba lima kali lebih kuat daripada benang serupa yang terbuat dari baja. 

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature, Jumat, 3 Februari 2012, ini menemukan, jaring laba-laba mengandung dua jenis benang sutra. Jenis pertama adalah benang sutra kaku dan kering yang merentang seperti jari-jari dari titik pusat ke tepian jaring. 

Jenis kedua adalah benang sutra yang lebih tipis dan lengket, disebut "sutra lengket". Benang jenis kedua ini disusun melingkar, menempel pada jari-jari sutra kering. Sutra lengket juga berguna untuk menjebak mangsa yang menyangkut di jaring laba-laba itu. Bahkan di Madagaskar terdapat spesies laba-laba yang memiliki benang laba-laba dengan daya tahan kekuatan mirip dengan yang dimiliki oleh Spider-Man. Benang laba-laba ini diukur memiliki daya kekuatan sebesar 520 MJ/m3 yang merupakan material benang laba-laba terkuat di dunia, jauh lebih kuat dibandingkan material Kevlar. Dengan hitungan yang tepat, bukanlah tidak mungkin jika benang laba-laba ini mampu menahan laju kereta api. 

Kendati dengan berbagai kelebihan yang diungkapkan para peneliti terkait dengan keistimewaan laba-laba namun Al Quran mengatakan bahwa sarang laba-laba adalah selemah-lemahnya rumah. Surah al-‘Ankabut (29): 41 mengatakan “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya.” 

Kenapa Allah mengatakan bahwa rumah laba-laba adalah selemahnya rumah padahal penelitian menunjukan bahwa rumahnya merupakan benang terkuat sejagad? Jawabanya tidak lain dan tidak bukan karena sikap individualismenya. Kekuatan sebenarnya dari semua makhluk cipataan tuhan bukan terletak pada individunya tetap kekuatan sesunguhnyan terletak pada kebersamaanya. 

Sarang laba-laba merupakan lambang dari kelemahan karena ia diciptakan hanya kepentingan perutnya sendiri. Berbagi dan membagi hasil tangkapanya tidak dalam kamus laba-laba bahkan antara sesama laba-labapun. Itulah kenapa para pengembang biak binatang penghasil sutera tidak bisa memperoleh sutera dari jaring laba-laba yang terkuat itu karena mereka akan saling membunuh ketika makanan tidak ada. Sehingga, membuat penangkaran laba-laba untuk memperoleh sutera adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena mereka akan saling memakan dan menjadi predator antara satu dengan yang lain.

Senin, 08 Desember 2014

Pengertian, Tujuan dan Fungsi Islam

Memahami definisi islam merupakan satu keharusan untuk betul-betul memahami apa makna dibalik kata tersebut. Islam merupakan lawan kata dari kata kufur. Hal ini karena orang yang tidak masuk dan tidak meyakini bahwa islam adalah agama yang diturunkan Allah disebut sebagai orang yang kafir yang diterjemahkan menjadi orang yang ingkar terhadap kenabian Muhammad dan ajaran yang dibawanya. Untuk itu, dalam memahami islam terlebih dahulu harus memahami apa itu kufur. Menurut Al Maududi (2011) kufur adalah penolakan seseorang untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, sedangkan islam adalah kepatuhan kepada Allah semata-mata serta penolakan atas semua sistem hukum dan perintah-perintah yang bertentangan dengan petunjuk-petunjuk yang diterima dari Allah.

Islam tidak lain adalah penghambaan seseorang semata-mata kepada Allah. Ia sama-sekali tidak mengikuti kemauannya sendiri, atau kemauan nenek-moyangnya atau kemauan keluarga dan sukunya, atau kemauan kaum ulama atau kiyai, kemauan pemerintah, hakim, atau kemauan sesiapapun yang lain, selain kehendak Allah semata-mata. Allah menyatakan dalam al-Quran:

“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah, kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah”. (Al-Quran, Ali 'Imran, 3:64).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa Khitab ditujukan kepada kalangan yahudi dan nasrani serta golongan yang searah dengan mereka. Sedangkan kalimah adalah kalimat yang adil, pertengahan dan tidak ada perselisihan antara kami dan kalian mengenainya. Hal ini diperjelas oleh ayat selanjutnya “tidak kita sembah, kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain tuhan selain daripada Allah” yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, thagut, api atau apapun selainnya (Ibnu Katsir).


Berbeda dengan definisi di atas At-Tuwaijiri (2012) mendefinisikan islam dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-Nya dengan penuh ketaatan, dan melepaskan diri dari kesyirikan dan para pelakunya.

Sementara menurut Muhammad Daud Ali (2009) kata Islam yang termuat dalam Al Quran adalah kata benda yang berasal dari kata kerja salima yang berakar pada kata silm dan salm artinya kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, dan kepatuhan. Orang yang menganut agama islam disebut muslim artinya orang-orang yang akan selamat, orang yang menyerahkan diri dan orang yang patuh akan perintah Allah.

Tujuan dan fungsi berislam hakikatnya tidak lepas dari kebutuhan manusia akan keselamatan. Keselamatan didunia dan keselamatan diakhirat. Hal ini sesuai dengan doa sapu jagad atau doanya Nabi Adam yang kita semua telah hafal rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wakina adzabannar (Ya Tuhan (pencipta) anugerahkanlah kepada hamba kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah dari siksaan api neraka).

Bagi seorang manusia yang sadar bahwa hakikat kehidupan ini sebenarnya seperti seorang musafir yang dalam perjalan tersebut membutuhkan bekal untuk bisa sampai ketujuan. Maka, seperti itulah manusia hidup di dunia ini, sebagai sebuah persinggahan pendek untuk menapaki kehidupan di dua alam selanjutnya (alam kubur dan alam akhirat).

Untuk dapat mencapai ketenangan dan kebahagiaan pada dua alam tersebut, maka islam sebagai jalannya yang tepat dan sesuai dengan kodrat dan kehendak Allah. Allah berfirman dalam alquran “inna diina indallahil islam” sesungguhnya diin yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam. Dengan sendirinya ayat ini menjelaskan bahwa jalan yang harus ditempuh oleh manusia yang ingin memperoleh kehidupan hakiki di akhirat nanti tidak lain adalah jalannya harus lurus “Asshiratal Mustaqim”. Jalan yang lurus tresebut adalah islam.

Dengan demikian tujuan dan fungsi islam adalah menyelamatkan manusia dari “kejahatan” kehidupan dunia dan menyelamatkan manusia dari siksaan api neraka. Memberikan manusia harapan-harapan akan kehidupan yang lebih baik, yang penuh dengan nuansa kerohanian dan kental akan nilai-nilai spiritualitas.

Rabu, 02 Juli 2014

Dialog Hamba Dengan Allah

Salah satu rukun islam yang kita yakini dan dijadikan landasan bagi seorang muslim sejak zaman kenabian dalam hal ibadah adalah shalat. Shalat merupakan tameng yang membatasi seseorang dari berbuat maksiat kepada Allah swt. Shalat juga merupakan pembeda antara kaum muslimin dan kaum-kaum yang lain. Yang dengan shalat itu Allah menjadikan seorang hamba suci baik secara lahiriah maupun batiniah. 

Allah Swt berfirman dalam QS Al Ankabut ayat 45: 

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (٤٥
Dengan ayat di atas menjadi jelas bahwa hakikat nilai terkandung dalam shalat adalah mencegah seseorang dari perbuatan Keji dan perbuatan munkar. Seseorang yang telah melakukan shalat kemudian masih melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentuan Allah dan Rasulnya berarti shalatnya orang tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan oleh ayat ini. Hal ini bisa berarti bahwa shalat yang dia lakukan masih unsur syiriknya dna kedua belum ikhlas karena Allah Swt. 

Penyebab lain yang membuat shalat seseorang tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar adalah sebagaimana termuat didalam hadits Rasulullah saw mengatakan "shalllu kama ra aitumuuni ushalli" shalat lah kalian sebagaimana kaliah melihat aku shalat. Hadist ini memberikan penjelasan bahwa aturan dan tata tertib shalat sudah ditentukan secara syar`i oleh Rasulullah tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Kebanyakan masyarakat muslim sekarang khususnya dalam pengerjaan shalat banyak bercampur dengan hal-hal yang diluar ketentuan Rasul. Misalnya Wudhu yang tidak sempurna (TIDAK SAMPAI SIKU DAN TIDAK SAMPAI MATA KAKI) belum lagi bacaan-bacaan tambahan yang dilakukan seperti do`a-doa dan gerakan-gerakan yang tidak ada ketentuannya.

Hal utama yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah terkait hadits Rasulullah saw "Ashalatul mi`rajul mukminin" shalat itu adalah mi`rajnya orang mukmin. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menjadi esensi dari dari mi`raj? dan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dengan Allah? 

Dalam berbagai literatur terutama hadits yang menerangkan tentang isra dan mi`raj hanya memuat panjang lebar tentang hal-hal yang dijumpai oleh Rasulullah selama dalam perjalanannya menuju ke shidratul muntaha dan kepulangannya serta berita tentang penerimaan shalat sebagai sebuah kewajiban yang dimulai dari 500 kali sampai dengan 5 kali sehari semalam. Rincian dialog antara Allah dengan Rasulullah tidak diceritakan dengan rinci dalam hadits-hadits tersebut. 

Kembali kepada Hadits di atas, apa sebenarnya yang dikehendaki atau makna tersirat yang terkandung dalam hadits "Ashalatul mi`rajul mukminin". Kalau kita melihat pada bacaan shalat sepintas memang tidak terdapat indikasi bahwa shalat dalam shalat itu ada dialog dengan Allah. Tetapi, ketika kita menyimak secara seksama bacaan pada tasyahud maka kita akan menemukan hasil dialog antara Allah dengan Rasulullah yang tidak diceritakan dalam hadits-hadits terkait isra dan mi`raj. 

Pada Do`a Tasyahud tersebut ternyata terdapat dialog itu dimulai dengan Ucapan Rasulullah "Attahiyatul lillahi washalawatu wathoyyibah (Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah)" kemudian dijawab oleh Allah "Assalamu alaika ayyuhannbiyu warahmatullahi wabarakaatuh  (Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya (Tetap Tercurahkan) Atas Mu, Wahai Nabi (Muhammad SAW))" dan dilanjutkan oleh Rasulullah dengan ucapan "assalamu alaina wa ala ibadillahi sholihin. Asyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadurrasulullah (Semoga Keselamatan (Tetap Terlimpahkan) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh ku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Nabi Muhammad SAW Adalah Utusan Allah)". 

Sehingga dengan Doa tasyahud tersebut tersingkaplah bahwa shalat yang kita lakukan adalah upaya isra dan mi`raj yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka berdialog dan berdoa kepada Allah swt. 
Wallahu a`lam.


Rabu, 30 April 2014

Manajemen Perguruan Tinggi

         Kerisauan tentang rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di pasar global menyimpan satu pertanyaan, apa yang seharusnya dibenahi dengan pendidikan kita? Pendidikan yang bermutu tercermin pada sekolah yang bermutu. Perguruan Tinggi yang bermutu menghasilkan SDM yang bermutu. Rendahnya mutu SDM signifikan dengan rendahnya mutu pendidikan. Lee Iacocca dalam tulisannya “Bila pendidikan berhasil orang juga akan berhasil”, mengisyaratkan bahwa diperlukan mutu pendidikan agar menghasilkan SDM yang bermutu. Menurut Josep M. Juran masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan). Oleh karena itu lembaga pendidikan perlu berpikir apa saja batu besar (hal yang penting) yang harus dikelola dengan baik? Sehingga tidak terjadi salah pengelolaan, dalam arti tidak tersebar pada hal-hal kecil yang tidak substantif bahkan cenderung kurang berdampak positif terhadap peningkatan mutu. Munculnya berbagai lembaga pendidikan baru yang tiba-tiba diakui keberadaannya oleh masyarakat, mengkondisikan sebuah persaingan yang ketat. Padahal jam terbang mereka relatif pendek, sehingga aspek kualitas belum teruji benar atau belum terandalkan. Harus diakui bahwa lembaga pendidikan baru ini menawarkan pembelajaran trend yang digandrungi masyarakat masa kini. Biasanya berlabelkan pembelajaran berwawasan masa depan. Keberadaannya yang mempunyai nilai jual tinggi tentu saja biaya pendidikannyapun tinggi. Sementara itu pada sisi lain kecenderungan orang tua memilih sekolah karena prestise bukan faktor mutu pendidikan, dan berpendapat bahwa yang bermutu itu yang mahal. Dengan segala macam promosinya lembaga pendidikan baru ini mampu menjual program dan memikat masyarakat untuk memilihnya, walau harga yang ditawarkan cukup melangit. Akan tetapi perlu disadari juga bahwa tidak semua lembaga pendidikan baru tak bermutu. Pada situasi ini berarti, pangsa pasar yaitu orang tua yang cenderung tetap atau fanatik pada sekolah-sekolah tertentu telah tersedot ke lembaga pendidikan baru itu. Hal ini mengakibatkan tergesernya lembaga pendidikan yang sudah lama eksis, mulai tidak diakui masyarakat bahkan lambat laun gulung tikar. Lalu apa sebenarnya yang harus dipersiapkan oleh sebuah lembaga pendidikan agar diakui dan dicari oleh masyarakat dalam mempertahankan eksistensinya? Saat ini lahan pendidikan sudah dilirik oleh pengusaha-pengusaha bermodal besar yang sebelumnya bergerak di luar bidang pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan sudah menjadi lahan bisnis. Pendidikan mereka kelola secara profesional, dan tidak mustahil bila pengelolaannyapun berdasarkan manajemen bisnis. Sementara banyak lembaga pendidikan yang masih menerapkan manajemen tradisional dan menganggap pendidikan masih sebagai lembaga sosial. Walaupun pada kenyataannya masyarakat tertentu masih membutuhkannya karena biaya relatif murah. Kedua jenis lembaga ini bersaing pada masa yang sama. Maka bagaimana seharusnya manajemen yang cocok untuk bidang pendidikan pada era globalisasi dan era persaingan yang sangat ketat?
      Tuntutan perubahan jaman pada era globalisasi membawa dampak pergeseran fungsi pembelajaran dari yang terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Kondisi ini menuntut reformasi pembelajaran. Reformasi pembelajaran seperti apa yang perlu dipersiapkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk mengantisipasi kehidupan di masa datang? Situasi dan kondisi yang telah dipaparkan di atas membawa konsekuensi logis kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan akan kehidupan masa depan. Hal ini pun dianggap logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah antisipatif untuk mempersiapkan kemampuan yang perlu dimiliki agar bertahan pada zamannya. Banyak hal yang perlu dipikirkan dan digumuli secara serius, misalnya materi pendidikan yang harus disesuaikan dengan tuntutan jaman, penyampaian materi sehingga dimiliki oleh mahasiswa, bagaimana masyarakat mengetahui inovasi yang dilakukan dalam pengelolaan pendidikan sehingga masyarakat tetap mengakui keberadaannya, bagaimana mengelola keuangan dimana bukan hanya keuntungan yang diraih dan menjadi fokus namun stabilitas dari semua pendukung tetap terjaga, bagaimana mengembangkan sumber daya manusia yang ada dan mendaya gunakannya dan sebagainya. Agar dapat mewujudkan hal ini tentunya diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Untuk menjamin mutu di sekolah tinggi ilmu hukum muhammadiyah bima maka ada 7 hal besar yang harus dibenahi yaitu: (a) sensitivitas lembaga terhadap perubahan dan peluang, (b) manajemen organisasi, (c) manajemen strategi, (d) manajemen sumber daya manusia, (e) reformasi pembelajaran, (f) pembiayaan pendidikan, (g) marketing pendidikan Ke tujuh bidang utama yang perlu dikelola dengan pendekatan manajemen baru.
         Pembenahan manajemen pada semua aspek ini dalam rangka pembenahan secara global karena satu dan lain hal akan saling terikat, dan diharapkan menuju keberhasilan yang sesuai pada zamannya. Sensitivitas Lembaga Terhadap Perubahan dan Peluang Lembaga pendidikan berfungsi dan berperan dalam pembentukkan sumber daya manusia yang berkompeten pada jamannya, kreatif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menuntut para manajer pendidikan untuk mencari dan menerapkan suatu manajemen baru yang dapat mendorong perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu pembenahan manajemen pendidikan sangatlah diperlukan. Pembenahan manajemen pendidikan diperlukan sensitivitas lembaga dalam melihat sebuah perubahan yang muncul untuk mengelola kegiatan antisipasi yang harus dilakukan terhadap dampak dari perubahan tersebut, sekaligus melihat peluang yang munculyang dapat diambil untuk pengembangan lembaga.
Perubahan apa yang Muncul dan Membawa Dampak dalam Pendidikan?
       Manajemen dalam mengelola pendidikan tidak dapat dilepaskan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukti dari pertalian erat tersebut adalah perubahan yang terjadi pada hampir semua aspek kehidupan manusia dengan berbagai permasalahan yan ditimbulkannya dapat dipecahkan melalui upaya penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi demikian membawa dampak kepada perlunya seseorang mengikuti perkembangan dan menguasai ilmu pengetahuan an teknologi yang terus berkembang dan berubah. Perkembangan dan perubahan yang terus bergulir ini pun membawa manusia ke era persaingan global yang ketat. Oleh karena itu kalau tidak ingin kalah bersaing dalam era globalisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien. Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing international dan mempunyai kompetensi untuk bertahan pada perkembangan zaman menjadi suatu perhatian penting dalam manajemen pendidikan.
         Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Menurut Reigeluth dan Garfinkle (1994) dalam Syafaruddin, kebutuhan terhadap paradigma baru pendidikan di dasarkan atas perubahan besar-besaran dalam kondisi dan kebutuhan-kebutuhan pendidikan dalam masyarakat informasi. Untuk melakukan perubahan tersebut maka peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah-sekolah yang bermutu yang menghasilkan SDM terandalkan dan tangguh yang dibutuhkan masyarakat. Kualitas pendidikan yang diserap pada sekolah yang bermutu sudah seharusnya dipersiapkan seirama dengan perkembangan zaman. Saat ini zaman berada pada era globalisasi dan informasi, maka era inilah yang membawa perubahan-perubahan mendasar dan mewarnai kehidupan pendidikan. Dosen mengatur, mahasiswa diatur.
       Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Di berbagai organisasi selalu menjalankan fungsi manajemen yang seharusnya dilaksanakan yaitu “Planning,Organizing, Actuating, dan Controlling”. Fungsi- fungsi tersebut tidak jauh berbeda di dalam manajemen pendidikan. Yang membedakan manajemen pendidikan dengan manajemen lainnya adalah komponen di dalamnya. Komponen manajemen pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, mahasiswa, steakholder, fasilitas, pembiayaan, school public relation, dan sebagainya.
Ada beberapa teori manajemen yang dapat menjadi panduan pembenahan manajemen pendidikan. Jika kita berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu industri, maka langkah selanjutnya berpikir bagaimana mengembangkan industri itu untuk terus bertumbuh. Maka dalam bingkai pemikiran ini kita memerlukan panduan yang sesuai. Manajemen Mutu Terpadu atau lebih dikenal dengan Total Quality Management dapat dijadikan “guiding philosophy” yang tentunya ditarik ke dunia pendidikan. Malcolm Baldrige Quality Program dapat menjadi salah satu panduan dalam menentukan hal-hal apa saja yang perlu dikelola dengan benar dan harus diperhatikan untuk menjadi sekolah yang bermutu. Balanced Scorecard dapat membantu menyediakan informasi akutansi manajemen strategis yang dapat menuntun dalam mengambil keputusan agar konsisten dengan strategi lembaga.
        Dosen memilih dan memaksakan Bagaimana Menyikapi Peluang dalam Manajemen Pendidikan? Peluang yang tersedia dalam mengelola pendidikan merupakan suatu tantangan bagi lembaga pendidikan. Peluang tersebut tentunya tidak disia-siakan oleh lembaga pendidikan dan segera mengambil perannya untuk menghadapi tantangan ke depan. Tantangan yang dihadapi membuat lembaga pendidikan selalu berpikir dan berjuang mempertahankan eksistensinya. Setiap lembaga pendidikan harus melakukan pembenahan dengan mendasari pada komitmen yang tinggi untuk menentukan langkah-langkah strategis, dan berkiprah pada situasi international.
      Beberapa komitmen itu antara lain : (1) menekankan pada standar kendali mutu dengan menetapkan strategi-strategi dalam mencapai target yang telah ditetapkan dan konsisten melakukan perbaikan berkelanjutan, (2) memberdayakan seluruh sumber yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber dana yang lain, (3) meningkatkan profesionalitas kerja, (4) mengadakan evaluasi yang berkesinambungan baik evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif, (5) mengadakan penelitian dan pengkajian dalam pengembangan program, (6) mengikuti dinamika perubahan zamannya dan selalu melakukan inovasi-inovasi dalam segala bidang.
      Komitmen- komitmen tersebut tentunya framework pengelolaan pendidikan, Selanjutnya komitmen-komitmen di atas juga menjadi dasar untuk menentukan langkah dalam pengelolaan pendidikan. Langkah-langkah itumeliputi : (1) menganalisis fungsi dan peran lembaga pendidikan, (2) menetapkan visi dan misi, (3) mencari kesenjangan yang muncul antara apa yang telah dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, (4) mengevaluasi respon masyarakat terhadap layanan pendidikan yang diberikan, (5) mencermati dan menganalisa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) menyikapi problem yang dihadapi masyarakat untuk mencarikan solusi lewat kegiatan
akademis, (7) menganalisis kebutuhan kompetensi SDM masa depan, (8) mengatur strategi dan kegiatan preventif dalam menghadapi persoalan masa depan, (9) menganalisis dan memberdayagunakan pihak- pihak terkait dalam perencanaan, proses, hasil dan feedback , (10). menentukan strategi pencapaian tujuan.

Manajemen Organisasi

Ketika lembaga sensitif terhadap perubahan yang bergulir dan peluang yang ditawarkan, serta mempunyai komitmen dalam mempertahankan eksistensinya dengan menetapkan langkah strategis dalam pengelolaan pendidikan, maka lembaga memerlukan suatu organisasi untuk mewujudkannya. Organisasi merupakan unsur penting dalam manajemen. Manajemen tidak bermakna apabila organisasi tidak ada. Organisasi yang tangguh adalah organisasi yang memiliki sumber daya manusia bermutu, aktif, bersemangat, struktur organisasi mantap, dan mempunyai system informasi yang up to date. Di dalam organisasi selalu ada orang-orang yang mempunyai tugas dan peran masing-masing. Mereka saling berinteraksi dalam sebuah struktur organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat input, proses, output dan feedback. Suatu organisasi di bangun tentu memiliki tujuan. Salah satu tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ada satu pendekatan yang biasa di terapkan di berbagai industri besar dalam meningkatkan mutu adalah Quality Trilogi (Dr. Joseph M. Juran). Sementara itu pendidikan pada dasarnya adalah suatu industri di bidang sumber daya manusia, dengan demikian quality trilogy dapat diterapkan. Quality trilogy dapat menjadi suatu pertimbangan dalam membangun struktur organisasi. 

      Struktur organisasi yang dapat mengakomodir fungsi manajemen ( planning, organizing, actuating, controlling ) sekaligus quality trilogy controlling ) sekaligus quality trilogy perencanaan mutu, pengawasan mutu, pengingkatan mutu) dapat dilihat pada gambar 2.
        Pada struktur tersebut tim perencana, pengkajian dan pemberi informasi posisinya seharusnya sangat bebas sehingga mampu berperan dalam memberikan segala macam pemikiran dalam pengembangan lembaga dalam melihat peluang ke depan dan merencanakan strategi untuk tetap diakui keberadaannya di tengah masayarakat tanpa ada tebengankebijakan, tekanan atasan dan sebagainya.
       Kebijakan, peraturan dan yang sejenis menempel pada tim pembuat keputusan yang pada akhirnya turun ke tim strategy planning (dalam konteks pelaksanaan program). Dalam manajemen tradisional seringkali tim ini tidak ada atau tidak dianggap perlu. Kegiatan yang dilakukan tim 1 dapat meliputi: (1) identifikasi masalah dimana didalamnya ada kegiatan mencari, menemukan dan mengidentifikasi kondisi lingkungan serta trend masa depan, (2) membuat rencana dengan fokus dimana di dalamnya ada kegiatan menciptakan, mengembangkan alternatif solusi, (3) memilih alternatif yang sesuai dengan lembaga tersebut sebagai rekomendasi. (4) mendapatkan feedback dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi kegiatan/pelaksanaan.
        Organisasi akan tetap eksis di tengah masyarakat jika mempunyai komitmen terhadap: satu tujuan; fokus terhadap pelanggan; obsesi yang tinggi terhadap kualitas, motivasi berprestasi dan mengejar daya saing; perencanaan jangka panjang; antisipatif dan proaktif; kerjasama tim yang dinamis; anggota organisasi selalu tekun bekerja, giat berusaha dan terus meningkatkan pengetahuan dan kecakapannya; pemberdayaan dan mendorong anggota untuk maju; memperbaiki proses secara berkesinambungan; terus menerus menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Agar komitmen tersebut tetap terjaga oleh organisasi maka dalam sepanjang waktu perlu dilakukan : (a) membina proses; Dalam kegiatan ini anggota organisasi melakukan pekerjaannya sebagaimana ditetapkan dalam uraian pekerjaannya. (b) melakukan perbaikan performance secara perorangan dan atau kelompok, (c) menangani krisis, ini berarti menghadapi dan menangani keadaan darurat.
Apabila perbaikan performance dilakukan secara aktif akan menciutkan area penanganan krisis. Agar organisasi dapat mencapai tujuan maka dalam membina proses perlu dibentuk satu “kelompok penggerak dan perintis perubahan”. Untuk menjalankan perannya, ia terlepas dari hirarki organisasi, anggotanya mempunyai idealisme, pengetahuan dan kecakapan, reputasi baik, mempunyai hubungan baik dengan anggota- anggota lainnya.
        Pemimpinan yang bermutu mempengaruhi laju gerak organisasi. Pimpinan harus mengambil inisiatif. Setiap respon organisasi pendidikan terhadap suatu perubahan ditentukan oleh pola kepemimpinan yang dijalankan. Oleh karena itu pemimpin harus memberikan contoh dalam pola pikir, pola sikap, pola tindak tentang mutu dalam setiap keputusan dan aktivitasnya. Pemimpin dalam satu struktur organisasi dapat digolongkan menjadi lower management, midlle management, top management. Masing-masing klasifikasi pimpinan itu perlu ada batasan dalam perannya sehingga gerak organisasi dapat berjalan lancar, tidak ada tumpang tindih dalam pengambilan keputusan. Lower management dapat mengambil bagian untuk operation control, midlle management dapat mengambil bagian untuk management control, sedangkan top management dapat mengambil bagian pada strategic planning.

Manajemen Strategy

Ketika lembaga pendidikan memasuki lingkungan bisnis maka saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif dan turbulen. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan memerlukan sistem manajemen strategik yang pas dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai sasaran. Balanced scorecard memberikan satu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu lembaga pada manajer-manajer di organisasi. Balanced scorecard dapat membantu menyediakan informasi akuntansi manajemen strategik yang dapat menuntun dalam mengambil keputusan penyusunan rencana strategik agar konsisten dengan strategi lembaga.
          Banyak lembaga dengan manajemen berkutat tradisional masih meningkatkan laba hanya pada sisi keuangan. Ketika diadakan kebijakan pada sisi keuangan terjadi ketimpangan-ketimpangan pada sisi lain. Lembaga macam ini kecenderungannya memfokuskan pada kinerja jangka pendek. Lembaga pendidikan membutuhkan kinerja jangka panjang sehingga perlu memperhatikan sisi lain agar terjadi keseimbangan yang menyebabkan naiknya kinerja keuangan. Ada 4 perspektif yang perlu menjadi perhatian utama yaitu keuangan, customer, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektive keuangan untuk melihat apakah kinerja keuangan meningkat? Perspektif customer untuk mengukur mutu, pelayanan dan biaya dalam memuaskan pelanggan. Nilai yang sering kali muncul oleh pelanggan terhadap lembaga dirumuskan dari fungsi pendidikan untuk pelanggan + mutu adalah kesesuaian dengan standar permintaan pelanggan + citra adalah daya tarik pelanggan yang tercipta karena proses komunikasi yang tercipta + harga adalah perbandingan harga relatif dengan produk pesaing + waktu adalah ketersediaan dan kecepatan pemenuhan kebutuhan pelanggan + hubungan . Perspektif proses bisnis internal mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga dalam mencapai sasaran. Rantai internal yang dapat diterapkan:
(1) Identifikasi kebutuhan pelanggan,
(2) Proses inovasi dengan mengenali customer dan ciptakan program,
(3) Proses operasi dengan bangun program dan luncurkan program,
(4) Pendampingan purna proses dengan melayani pelanggan selama proses berjalan dan purna program. Prespektif pembelajaran dan pertumbuhan mengukur kemampuan lembaga untuk mengembangkan dan memanfaatkan SDM sehingga tujuan strategik dapat tercapai.
          Melalui ke 4 perspektif ini maka lembaga dapat memperluas cakrawala dalam menafsirkan trend perubahan secara makro. Dalam perumusan strategi disertai dengan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) yang dilaksanakan melalui ke 4 perspektive tersebut, sehingga diperoleh gambaran umum. Dari kondisi itu maka dibuat perumusan strategi dengan sasaran strategi jangka panjang, yang kemudian diturunkan pada program-program, pada akhirnya penyusunan anggaran yang bersifat
komprehensif.
            Berdasarkan analisis di atas maka telah ditentukan sasaran. Banyak organisasi telah menyusun sasaran bahkan sasaran yang amat spesifik, tetapi gagal mengembangkan rencana dan tindakan yang nyata. Oleh karena itu diperlukan “manajemen berdasarkan sasaran” dengan lebih mudahnya penulis mengatakan sebagai “segitiga pengaman”. Segitiga pengaman dapat di lihat pada gambar 3.
Adapun contoh sederhana keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh mahasiswa.
Menentukan sasaran:
  1.   Mengumpulkan berbagai informasi tentang keterampilan era reformasi dari berbagai sumber, apakah keterampilan tsb benar-benar dibutuhkan, mahasiswa jenjang mana saja yang membutuhkan keterampilan tersebut, konsekwensi apa yang harus ditanggung bila keterampilan tsb di berikan kepada mahasiswa, dan sebagainya.
  2. Mempersatukan semua informasi dalam satu bentuk urutan logis.
  3. Merencanakan keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh mahasiswa dilengkapi dengan suatu analisis dan alasan-alasan yang menguatkan, hal-hal apa yang berubah dengan adanya program tsb, hal-hal apa yang mendukung dan perlu pengelolaan serius agar mendukung program dengan maksimal, dan sebagainya.
  4. Memutuskan keterampilan era reformasi yang akan di dilaksanakan dan kebijakan apa yang muncul untuk mendukung program tersebut.
Mengarahkan Pencapaian Sasaran
1. Mengkoordinasikan agar semua berjalan sesuai perencanaan.
2. Mengkomunikasikan kepada semua pihak terkait untuk meperlancar dan mendukung program.
3. Memotivasi semua pihak agar stabilitas program terjaga.
4. Mengarahkan, membimbing dan menasehati semua pihak dalam mencapai sasaran program. 

Manajemen Sumber Daya Manusia

Di dalam organisasi ada beberapa orang yang melakukan kegiatan sesuai tugas masing-masing dan mereka saling berinteraksi. Sebenarnya bukan hanya interaksi saja namun setiap individu di dalamnya perlu dipacu untuk terus andil mengambil peran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia di dalam organisasi sangatlah penting. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen organisasi yang memfokuskan pada pengelolaan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia dibagi dalam beberapa area kerja yaitu desain organisasi, pengembangan organisasi, perencanaan dan pengembangan karir pegawai, perencanaan sumber daya manusia, sistem kinerja pegawai, kompensasi dan gaji, kearsipan pegawai. Perlu dipahami juga oleh suatu organisasi bahwa pilar utama dalam membangun organisasi yang berwawasan global adalah kemampuan setiap individu yang tergabung dalam organisasi. Satu pertanyaan kritis muncul karakteristik individu seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu lembaga dalam era reformasi. Karakteristik sumber daya manusia yang diperlukan saat ini adalah mempunyai integritas, inisiatif, kecerdasan, keterampilan sosial, penuh daya dalam bertindak dan penemuan baru, imajinasi dan kreatif, keluwesan, antusiasme dan mempunyai daya juang (kecerdasan adversity / kemampuan mengubah hambatan menjadi peluang), mempunyai pandangan ke depan dan mendunia. Kemampuan-kemampuan diantas adalah kemampuan yang dianggap sesuai untuk era reformasi. Dalam recruitment dan pengembangan sumber daya manusia tentunya mengacu kepada karakteristik-karakteristik di atas.
        Lembaga mempersiapkan panduan recruitment sesuai karakteristik tsb. Karyawan atau dosen yang baru yang menginjakkan kakinya untuk bergabung bersama membutuhkan “masa orientasi ” agar nantinya mampu berkembang dan berjuang sesuai yang diharapkan lembaga. Masa orientasi sangat penting untuk mengurangi keluhan pada masa mendatang akan ketidakmampuan individu ketika lembaga mengadakan perubahan. Masa orientasi ini perlu di desain sebaik mungkin karena merupakan masa transisi dimana setiap individu dibentuk sesuai yang diharapkan lembaga dengan dimulai dari kompetensi awal yang dimiliki mereka. Kegiatan pada masa orientasi terbatas pada waktu tertentu dan kegiatan dapat berupa pelatihan atau kegiatan apa saja yang wajib diikuti oleh setiap individu untuk memenuhi standar yang diharapkan. Masa ini menjadi masa kritis dosen untuk tetap dipertahankan atau tidak bergabung dengan lembaga. Masa orientasi dapat diteruskan pada “masa pemantapan” dengan pola yang sama dengan orientasi hanya kadar kompetensi yang dituntut berbeda.
         Dosen seumur hidupnya cenderung tetap menjadi dosen karena peluang menjadi kepala sekolah sangatlah minim. Hal ini disebabkan satu sekolah hanya membutuhkan satu kepala sekolah. Realita keseharian kualitas dosen berbeda-beda, ada dosen yang dapat diandalkan ada pula dosen yang hanya sekedar menjalankan tugas. Lalu apa yang membedakan dosen yang berkualitas dengan yang tidak? Apa yang membuat dosen termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya? “Career development ” dapat menjadi solusinya. Career development perlu diciptakan oleh lembaga agar dapat memotivasi setiap individu yang terlibat. Setiap individu tahu jelas persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki satu jabatan atau tingkatan tertentu. Bagi individu ada satu kepastian sejauh mana kemampuan dan pengetahuannya perlu dikembangkan. Setiap individupun dapat menilai dirinya sendiri pada level apa sebenarnya kemampuan dan pengetahuannya. Jelas disini dapat menghindari unsur subyektivitas. Career development dapat menjadi satu nilai positif ketika pada setiap level di dalamnya jelas alat ukurnya. “Pengendalian posisi ” dapat menjadi partner dalam career development. Karena dalam pengendalian posisi ada aturan untuk kapan dipromosikan, berapa lama di posisi tersebut, kapan berhenti, individu tersebut direncanakan untuk posisi apa dan sebagainya. Pengendalian posisi ini untuk mengantisipasi jika semua dosen mempunyai motivasi berprestasi sekaligus mensortir dosen yang tak mempunyai motivasi berprestasi. Kondisi demikian akan memicu setiap individu untuk berprestasi sesuai dengan harapan individu dan lembaga.

Reformasi Pendidikan

Reformasi kini menjadi suatu keharusan dalam pembenahan pendidikan khususnya pembelajaran. Reformasi ada dalam rangka memuaskan pelanggan/masyarakat dengan memberikan pelayanan yang lebih baik agar sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka.

        Konsep pembelajaran reformatif berpusat kepada mahasiswa, interaktif atau terjadi interaksi multi arah, multidisipliner, kerja kelompok, dosen sebagai fasilitator, mengajarkan bagaimana mempelajari sesuatu, dimungkinkan tim teaching untuk memperoleh kajian lintas disipliner, memberikan peluang kepada mahasiswa mengalami berbagai gaya belajar, pembelajaran kristis dengan pendekatan pemecahan masalah ( problem solving) yang berorientasi ke masa depan. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran reformatif maka perlu diadakan persiapan baik dari dosen maupun mahasiswa. Dosen harus bersikap demokratis, selalu mengembangkan kemampuannya dan belajar terus. Harus ada perubahan paradigma dosen dengan strategi seperti (a) dosen berhak untuk mencari informasi dan mengembangkan diri dalam jam kerjanya baik secara individual maupun kelompok (diskusi) misalnya 4 jam/minggu, (b) dosen berhak mengikuti pelatihan yang telah didesain dan ditetapkan oleh organisasi dan dimungkinkan pilihannya sendiri misalnya 100 jam/tahun, (c) dosen berhak membuat karya tulis ilmiah dan dipublikasikan misalnya minimal 1 tulisan/semester, (d) dosen berhak membuat penelitian sederhana minimal 1 penelitian/tahun.
Kondisi demikian tentunya membawa konsekuensi yang perlu direncanakan misalnya adanya wadah untuk menampung tulisan dosen, adanya reward bagi dosen yang sudah berusaha keras mengembangkan diri. Dalam pelaksanaan dapat dilakukan dengan program pembimbingan antardosen. Misalnya membuat karya tulis ilmiah, dosen yang mampu dapat menjadi membimbing dosen yang belum mampu sehingga dosen yang mampu bertumbuh menjadi pembimbing sedangkan dosen yang belum mampu mempelajari sesuatu dari temannya. Setiap terjadi pembimbingan maka nama pembimbing tercantum dalam karya tersebut. Program demikian dapat dinamakan“ tumbuh bersama ”.
         Untuk merangsang terjadinya proses pembelajaran reformatif maka diperlukan langkah langkah yang disebut dengan “TUAI” masa depan, yang artinya : Tunjukkan kemampuanmu, Usahakan sebaik mungkin, Akal dan pikiran terus dimotivasi, Informasi dan Ilmu dicari terus. Selain itu perlu labelisasi dosen kompetensi dan kemampuan yang ditentukan misalnya, dosen yunior, dosen senior, pelatih yunior, pelatih senior, penulis buku, staf ahli dan sebagainyanya. Kondisi demikian dapat memberikan peluang bagi dosen untuk mereformasi system pembelajarnnya karena memang dosen tersebut mempunyai kompetensi. Kompetensi professional dosen seharusnya meliputi akademis/ pendidikan, penelitian/ action research classroom , pengabdian masyarakat/pelayanan. Ketiga kompetensi itu akan membentuk dosen secara utuh dalam profesinya yang kemudian dilengkapi dengan kompetensi personal dan sosial.
      Strategi pembelajar pun akan menjadi suatu hal yang penting dalam peranannya untuk membentuk seseorang yang nantinya mampu bertahan dalam kehidupannya. Strategi pembelajaran dapat berdasarkan kepada learning how to know/learning how to think, learning how to learn, learning how to do, learning how to live together, learning how to be, learning how to have a mastery of local, learning how to understand the nature/God made (belajar mengetahui/belajar berpikir, belajar bagaimana belajar, belajar berbuat, belajar hidup bersama, belajar menjadi diri sendiri, belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan lokal, belajar memahami lingkungan sekitar). Ahli manajemen Jepang, Konsosuke Matsuhita, mengemukakan bahwa sebelum belajar melakukan sesuatu, harus kita pelajari dulu bagaimana seharusnya kita berperilaku sebagai manusia. Dari sana, dapatlah dikatakan bahwa “mengajarkan bagaimana sesuatu seharusnya dilakukan” adalah pendidikan dalam bentuknya yang paling rendah. Pendidikan seharusnya mengajari bagaimana caranya belajar dan bukan memberikan instruksi tentang suatu pelajaran tertentu. Apa yang harus dipelajari tidaklah benar- benar penting. Yang penting adalah bagaimana cara mempelajarinya. Dengan demikian maka dapat mengakomodasi pergeseran fungsi pembelajaran dari terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Hal ini terjadi karena situasi dan kondisi yang terus bergulir begitu cepat sehingga seseorang perlu belajar seumur hidup.
Pembiayaan Pendidikan
          Berbagai biaya harus ditanggung oleh lembaga dalam peningkatan kualitas. Seharusnya biaya dialokasi kepada: (1) biaya pencegahan (2) biaya deteksi/penilaian, (3) biaya kegagalan internal, (4) biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk pencegahan ketidak kesempurnaan program dalam perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan program. Biaya deteksi (penilaian) adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah program memenuhi syarat kualitas. Dalam hal ini berfungsi untuk mendeteksi adan menghindari kesalahan. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidak sesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum program dilaksanakan. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena program/jasa gagal memenuhi syarat dan diketahui setelah program dilaksanakan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena bila salah maka menyebabkan reputasi buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar.
          Aspek pembiayaan sangatlah menentukan kelangsungan dari suatu lembaga pendidikan. Dalam merencanakan suatu pembiayaan pendidikan apalagi pendidikan merupakan salah satu bagian dari bisnis maka pengelolaan keuangan sangat menentukan dalam meraih keuntungan dan menjamin kelangsungan lembaga tersebut. Balanced scorecard baik diterapkan pada masa kini untuk peningkatan kinerja keuangan namun tidak meninggalkan aspek yang lain.
         Dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan lagi bahwa perlu biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional, riset dan pengembangan, pembekalan, investasi masa depan, dan sebagainya. Sementara pemasukkan cenderung stabil. Lalu bagaimana untuk mengelola keuangan tersebut. Perlu dipikirkan “ perimbangan biaya” pada setiap biaya yang dikeluarkan. Perimbangan biaya ini tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dimungkinkan. Perimbangan biaya tersebut misalnya : (a) Lembaga telah mengeluarkan biaya untuk pembekalan sumber daya manusia agar mempelancar pelaksanaan operasional maka dapat dilakukan satu program untuk perimbangan biaya yang dapat dilakukan. Misalnya menyusun satu paket pelatihan untuk eksternal/orang luar yang dikemas secara professional memanfaatkan sumber daya manusia intern yang telah terlatih, dan menggunakan fasilitas yang sudah ada. Maka keuntungan ganda akan muncul, lembaga akan dikenal oleh masyarakat, sumber daya manusia intern dapat mengaktualisasi dirinya, memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin dan lembaga mendapat keuntungan nominal dari program tsb. (b) Lembaga menyiapkan fasilitas gedung dengan ruangan (aula) yang memadai untuk memperlancar opersional. Setelah tidak ada kegiatan sekolah maka aula, ruang lab dan sebagainya menjadi ruangan kosong. Pada kondisi ini dapat perimbangan biaya yang dapat dilakukan misalnya dengan menyewakan ruangan tersebut untuk masyarakat sekitar. Yang tentunya dalam pelaksanaan perlu aturan main yang tidak membahayakan atau merugikan lembaga. Ruang/lab komputer dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk pelatihan/ruang kursus. Ruang laboratorium beserta peralatan dapat dikelola (seperti perpustakaan umum) untuk kegiatan penelitian. Namun ada satu syarat bila dikelola secara professional sehingga tidak menggangu pelaksanaan kegiatan sekolah. (c) Pembuatan buku yang didesain oleh lembaga dengan melibatkan dosen yang ada. Kondisi ini menguntungkan karena sekolah sudah mempunyai pasar sendiri sehingga tidak takut lagi buku tersebut tidak akan laku. Sementara di sisi lain dapat terciptanya wadah untuk menyalurkan bakat dosen sebagai penulis. (d) Lembaga menciptakan perusahaan kecil sebagai pendampingan misalnya percetakkan buku, toko alat tulis, catering yang dikelola secara profesional dan melibatkan kewenangan organisasi dalam networking pelaksanaan. Misalnya ada makan siang yang dikelola oleh lembaga, berarti keuntungan bisa masuk ke lembaga lagi. (f) Pendidikan saat ini sebagai suatu industri SDM maka sudah tidak tabu lagi bila pembiayaan menggunakan sponsor-sponsor sepanjang tidak bertentangan dengan dunia pendidikan. 

Marketing Pendidikan

Lembaga pendidikan selalu menginginkan sekolahnya dicari oleh masyarakat. Di sisi lain masyarakat membutuhkan informasi tentang sekolah mana yang memenuhi standar mutu sesuai yang diharapkan. Hal ini dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mereka memilih sekolah untuk putra putrinya. Oleh karena itu marketing pendidikan sebagai bidang yang harus digarap secara serius dan menjadi lahan yang diperhitungkan.
Dalam penggarapan marketing pendidikan diperlukan:
1. Input:
  1. Riset pasar terutama mengenai data customer , meliputi siapa yang menjadi sasaran program, apa kebutuhan mereka, bagaimana pandangan mereka tentang pendidikan, bagaimana kemampuan mereka dalam hal biaya/keuangan masyarakat, trend pendidikan seperti apa yang muncul di kalangan mereka, jenjang sekolah mana yang menjadi incaran customer , siapa pemakai program, harapan apa yang diinginan dari program.
  2. Data mengenai pesaing, meliputi siapa yang perlu diperhitungkan menjadi pesaing, apa keunggulan para pesaing tersebut, apa yang dicari oleh customer terhadap pesaing, hal apa saja yang menjadi kelebihan pesaing dan menjadi titik lemah lembaga.
2. Output:
  1.   Product sistem , program apa saja yang akan di pasarkan
  2.   Place sistem, tempat yang menjadi pasar harus di ketahui
  3.   Promotion sistem, bagaimana mempromosikan program, apa keunggulan program
  4.   Price sistem, harga sebaiknya sangat fluktuatif dan dinamis
3. Accounting information
Bagian marketing pendidikan berperan dalam menyakinkan masyarakat untuk memberikankepercayaan dalam mendidik putra-putrinya.Bagian marketing pendidikan akan lebih baik jika didampingi dengan “ bagian technical care education”. Bagian ini berbeda dengan marketing. Bagian ini berfungsi untuk membina hubungan baik dengan masyarakat ketika mereka mulai peduli dengan pendidikan. Bagian ini menampung berbagai tanggapan masyarakat. Hal ini penting jika terjadi pandangan negatif, atau ketidakpuasan pelanggan terhadap lembaga/ sekolah maka dapat diadakan pendekatan terlebih dahulu, dengan maksud supaya tidakterjadi pelebaran masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi lembaga, sehingga komplain dapat diminimalisir Selain itu bagian ini juga membuat program-program dalam konteks pendidikan agar orang tua/masyarakat agar lebih memahami filosofi pendidikan. Hal ini dimaksudkan supaya ketika lembaga hendak mengadakan kerjasama dengan mereka maka tidak terjadi kesenjangan pandangan. Kondisi ini memungkinkan terjadi kerjasama dan saling mendukung antara lembaga pendidikan dan orang tua/masyarakat.

Senin, 10 Maret 2014

Apa itu Binatang yang Disebut Hermeneutika

Sebermula, Seri 729 ini direncanakan masih lanjutan jihad intelektual yang saya emban (execute) melawan serangan-serangan para orientalis terhadap Al-Quran, yaitu jihad lanjutan melawan serangan seorang orientalis yang lain lagi yang bernama samaran Luxenberg. Namun karena banyaknya deringan telepon yang saya terima yang menanyakan, yang salah seorang di antaranya memakai ungkapan: Apa itu "binatang" yang disebut hermeneutika," maka jihad melawan Luxenberg ini insya-Allah nanti dalam Seri 730 yang akan datang.

Hermeneutika lagi bertrend terutama buat yang berpaham liberal. Istilah hermeneutika berkaitan dengan mitos dewa Hermes yang memiliki kebiasaan "memintal" (spin), yang dalam realitasnya menurut Sayyid Hussain Nasr adalah Nabi Idris AS, karena konon dewa Hermes dalam mitologi Yunani tersebut menyampaikan pula warta para dewa kepada manusia, bahkan bukan hanya sekadar menyampaikan, namun juga memberikan tambahan berupa ulasan. Mitos ini mengungkap dua hal, pertama: memastikan maksud, isi suatu kata, kalimat, teks, kedua: menemukan instruksi-instruksi dibalik simbol.

Secara harfiah, kata ini pernah digunakan oleh Aristoteles (384-322) SM, dalam karyanya: Peri Hermeneias, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan De Interpretatione; dan baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan On the Interpretation. Sebelumnya, al-Fârabi (870?-950) M, telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Arab: Fi al-'Ibârah, dan memberi komentar karya Aristoteles tersebut. Hermeneias yang dikemukakan Aristoteles, hanya untuk membahas fungsi ungkapan dalam memahami pemikiran, serta pembahasan tentang satuan-satuan bahasa, seperti kata benda, kata kerja, kalimat, ungkapan, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata-bahasa. Ketika membicarakan hermeneias, Aristoteles tidak mempersoalkan teks, ataupun mengkritik teks. Yang menjadi topik pembahasan Aristoteles adalah interpretasi itu sendiri, tanpa mempersoalkan teks yang diinterpretasikan.

Binatang hermeneutika ini ibarat ulat bermetamorphosis menjadi kupu-kupu, dimulai sejak para theolog Yahudi dan Kristen berusaha mengembangkan metode dan aturan yang dapat memandu penafsiran dan mengevaluasi kembali teks-teks dalam Bible yang sudah hilang teks aslinya yang dalam bahasa Hebrew Kuno (Al-'Ibriyyah Al-Qadimah) untuk Perjanjian Lama dan bahasa Aram (Al-'Ibriyyah Al-Jadidah) untuk Injil(*). Kemudian selama tahun-tahun pertama abad ke sembilan belas, metode itu ibarat kupu-kupu malam(**) terbang melebar menjadi hermeneutika umum oleh filosof dan theolog Protestan, Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Perkembangan hermeneutika sangat berkaitan dengan filologi, alegori yang juga sebagai sistem penafsiran terhadap teks.

Demikianlah hermeneutika itu bermetamorphosis lebih lanjut dari konteks theologi ke dalam konteks filsafat yang telah dibidani oleh Friedrich Schleiermacher tersebut. Maka tatkala hermeneutika itu ibarat kupu-kupu malam telah terbang melebar bermetamorphosis ke filsafat, menjamurlah serba-neka aliran yang menciutkan posisi hermeneutikanya Schleiermacher menjadi hanya sebagai salah satu aliran hermeneutika yang ada. Selain hermeneutikanya Schleiermacher, ada hermeneutikanya Emilio Betti (1890-1968), seorang sarjana hukum Romawi berbangsa Itali; ada hermeneutikanya Eric D. Hirsch (1928- ?) seorang kritikus sastra berbangsa Amerika; ada hermeneutikanya Hans-Georg Gadamer (1900- ?) seorang filosof dan ahli bahasa, dan lain-lain aliran-aliran, dsb.

Arkian, perkembangan hermeneutika mencapai puncaknya yang ekstrem keliwat batas, yaitu menerobos masuk wilayah epistemologis. yaitu penafsiran terhadap teks yang dibangun berdasarkan teori epistema (dari bhs Yunani Kuno episteme), yang menyangkut tentang parameter pengetahuan berupa:
-- asal-usul,
-- anggapan,
-- karakter,
-- cakupan,
-- kecermatan,
-- keabsahan.

Hermeneutika epistemologis yang ekstrem ini digunakan oleh pengecer Mohammad Arkoun dalam Rethinking Islam, (Kayfa na'qilu l-Islama, Bagaimana kita mengakali Islam). Saya dapat menimba dalam debat saya vs Ulil Absar Abdalla di cyber space, yang panglimanya komunitas yang menamakan diri Islam Liberal, bahwa komunitas ini memakai hermeneutika epistemologis, yaitu menurut mereka ayat-ayat Makkiyah bermuatan nilai universal, namun ayat-ayat Madaniyah diciutkan posisinya oleh parameter cakupan menjadi hanya bermuatan local, dan inilah yang menjadi paradigma yang dipakai oleh meraka dalam pendekatan kontekstual. Seperti contohnya khimar (telekung) panjang menutupi dada, itu bermuatan lokal, hanya wajib untuk daerah Arab yang berpadang-pasir dan berdebu, yang secara kontekstual tidak cocok bagi negeri seperti Indonesia ini. Karena hermeneutika epistemologis cakupan muatan lokal tersebut, mereka tidak lagi mengenal ayat-ayat Qath'i. Ayat tentang wajibnya khimar panjang yang qath'i sudah menjadi relatif.

-- WLYDHRBN BKHMRHN 'ALY JYWBHN (S. ALNWR, 24:31), dibaca:
-- walyadhribna bikhumurihinna 'ala- juyu-bihinna (s. annu-r).
WLYDHRBN - walyadhribna dalam ayat (24:31) terdapat Lam Al Amr (Lam yang menyatakan perintah), maka kata tersebut berarti: Diperintahkan kepada mereka menutupkan, sehingga ayat (24:31) terjemahannya adalah:
-- Diperintahkan kepada mereka menutupkan khumur mereka ke atas dada mereka. (Khumur adalah bentuk jama' = plural dari khimar, artinya tutup kepala, yang di Indonesia ini tutup kepala yang dipanjangkan menutup dada itu disebut "jilbab", padahal dalam bahasa Al-Quran: jalabib, bentuk jama' dari jilbab adalah baju longgar yang panjang sampai mata-kaki yang menutupi lekuk-lekuk tubuh).

Hermeneutika epistemologis dengan parameter anggapan memperanakkan paradigma tritunggal: sekularisme - liberalisme - pluralisme, yang di atas paradigma ini, komunitas yang menamakan diri Islam Liberal ini mengadakan pendekatan kontekstual bahkan mengkritisi ayat-ayat Al-Quran. Seperti disebutkan di atas itu, tidak ada lagi ayat Qath'i, ayat-ayat itu dijadikannya relatif. Jadi terjadi pergeseran nilai, yaitu ayat-ayat Al-Quran direlatifkan, sedangkan paradigma berupa parameter epistemologis yang ukuran akal itu, dijadikannya mutlak. Wahyu menjadi relatif, akal dimutlakkan. Penggunaan hermeneutika terhadap Al-Quran sudah merusak aqidah, karena akal sudah mengungguli wahyu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Mei 2006 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

Sabtu, 08 Maret 2014

Jaringan Islam Liberal; Sekularis Berkedok Muslim


Islam liberal adalah nama sebuah gerakan dan aliran pemikiran yang bermula dari sebuah ajang kongkow-kongkow di Jalan Utan Kayu 69H, Jakarta Timur. Tempat ini sejak 1996 menjadi ajang pertemuan para seniman sastra, teater, musik, film, dan seni rupa. Di tempat itu pula Institut Studi Arus Informasi (ISAI) yang salah satu motor utamanya Ulil Abshar Abdalla berkantor. Bersama Goenawan Mohammad (mantan pemimpin redaksi Tempo) serta sejumlah pemikir muda seperti Ahmad Sahal, Ihsan Ali Fauzi, Hamid Basyaib dan Saiful Mujani, Ulil kerap Menggelar diskusi bertema ‘pembaruan’ pemikiran Islam.

Setelah berdiskusi sekian lama pada akhir 1999 Ulil dan kawan-kawan sepakat memperkenalkan serta mengkampanyekan pemikiran mereka dengan bendera Islam Liberal. Lalu untuk mengintensifkan kampanyenya mereka membentuk wadah Jaringan Islam Liberal (JIL) pada Maret 2001.

Dengan ditunjang kucuran dana dari Asia Foundation kampanye Islam liberal gencar dilancarkan melalui berbagai cara. Mulai dari forum kajian dan diskusi, media cetak hingga media elektronik. Media internet juga tak ketinggalan mereka garap. Mula-mula dengan membuat forum diskusi internet (mailing list) kemudian dilanjutkan dengan membuat situs web, alamatnya www.islamlib.com.

Kampanye lewat media cetak dilakukan sangat gencar. Selain melalui majalah seperti Tempo dan Gatra, JIL mendapat porsi publikasi besar di koran Jawa Pos dan 40 koran daerah yang tergabung dalam Jawa Pos-Net. Dengan nama rubrik Kajian Utan Kayu, setiap hari Ahad JIL mendapat jatah satu halaman penuh untuk diisi tulisan para pengusung ide Islam liberal, antara lain Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Jalaluddin Rakhmat dan Masdar F Mas’udi.

Kampanye melalui media elektronik mula-mula cuma disuarakan melalui kantor berita radio 68H yang mengudarakan dialog interaktif setiap Kamis sore. Belakangan siaran itu kemudian di-relay oleh tak kurang 15 stasiun radio se-Indonesia yang tergabung dalam jaringan 68H, sehingga dapat disimak oleh para pendengar dari Aceh hingga Manado. Di Jakarta siaran JIL di-relay oleh stasiun radio dangdut Muara FM.

Adapun istilah Islam liberal dipilih oleh kalangan JIL untuk menamakan gerakan dan pemikiran mereka, nampaknya lantaran mereka mendapat insipirasi dari buku Liberal Islam: A Sourcebook karya Chares Kurzman (edisi bahasa Indonesia berjudul Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, diterbitkan oleh Paramadina), sebab dari buku itu pula JIL meminjam enam agenda rumusan Charles Kurzman. Enam isu itu: antiteokrasi, demokrasi, hak-hak perempuan, hak-hak non-Muslim, kebebasan berpikir dan gagasan tentang kemajuan.

Anti Islam Kaffah

Mengapa JIL begitu gencar menyebarluaskan pemikirannya? Seperti diakui oleh para pentolannya, meski nama Islam liberal baru dikenal belakangan ini, sebenarnya Islam liberal bukanlah suatu pemikiran baru. Di Indonesia pemikiran Islam liberal telah dirintis oleh antara lain Harun Nasution, Nurcholish Madjid, Munawir Sjadzali dan Abdurrahman Wahid. Mereka adalah orang-orang yang sejak tahun 1970-an dan 1980-an menggelindingkan ide ‘pembaruan Islam’, berupa Islam rasional, dekonstruksi syariah dan sekulerisasi. Namun, kata Ulil Abshar kepada Gatra, para perintis itu gagal memasyarakatkan gagasan Islam liberal ke masyarakat.


Kegagalan itu antara lain karena tidak adanya pengorganisasian secara sistematis. Atau, menurut Luthfi Assyaukanie, gerakan Islam liberal sebelum ini terlalu elitis. Gagasan itu lebih banyak dibawa kalangan akademisi dan peneliti yang tak mengakar ke masyarakat, sehingga opini publik tetap dikuasai oleh kalangan Islam ‘konservatif’ yang memiliki jaringan kuat dan mengakar ke masyarakat. Karena itu, kalangan JIL merasa perlu memiliki jaringan kuat agar pemikiran liberal bisa berkompetisi dengan pemikiran kaum revivalis. Dengan kata lain, Islam liberal adalah tandingan Islam revivalis.


Apa beda Islam liberal dan Islam revivalis? Charles Kurzman mendefinisikan, Islam revivalis berusaha mengembalikan kemurnian Islam seperti di zaman Rasulullah, tetapi tidak ramah dengan kehadiran modernitas. Sedangkan Islam liberal, masih kata Kurzman, menghadirkan masa lalu Islam untuk kepentingan modernitas. “Ia menghargai rasionalitas,” kata Kurzman. Sebuah pengkategorian yang sangat layak diperdebatkan. Tapi lepas dari perdebatan itu, menurut kalangan JIL, dalam konteks Indonesia, kaum revivalis adalah mereka yang mendukung penegakan syariat Islam oleh negara dan menolak sekulerisme. Sebaliknya, kaum Islam liberal adalah mereka yang mendukung sekulerisme dan menentang penegakan syariat Islam oleh negara.

Pemikiran revivalis, katakanlah begitu, tercermin dalam FPI (Front Pembela Islam), atau Laskar Jihad yang lebih kuat, atau jaringan PK (Partai Keadilan) yang lebih mengakar,” kata Ulil menyebut lawan tandingnya.

Untuk menandingi kalangan revivalis, kini JIL telah menyusun sejumlah agenda, antara lain: kampanye sekulerisasi seraya menolak konsep Islam kaffah (total) dan menolak penegakan syariat Islam, menjauhkan konsep jihad dari makna perang, penerbitan Al-Quran edisi kritis, mengkampanyekan feminisme dan kesetaraan gender serta Pluralisme. “Menurut saya, beragama secara kaffah itu tidak sehat dilihat dari pelbagai segi? Agama yang ‘kaffah’ hanya tepat untuk masyarakat sederhana yang belum mengalami ’sofistikasi’ kehidupan seperti zaman modern? Beragama yang sehat adalah beragama yang tidak kaffah,” ungkap Ulil dalam rubrik Kajian Utan Kayu Jawa Pos.

Tapi tentu saja kalangan yang disebut revivalis juga tak akan tinggal diam. Mereka juga telah menyusun agendanya sendiri, meski mungkin tanpa gembar-gembor kampanye seperti yang dilakukan kalangan JIL. Yang penting bekerja saja. Tinggal dilihat nanti siapa yang lebih ditolong Allah: mereka yang berjuang menegakkan syariat Allah atau mereka yang alergi kepada syariat-Nya.?

Filsafat Pendidikan


Idealisme

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.


Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.


Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.


Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.


Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.


Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;


Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;


Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;


Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;


Guru menjadi teman dari para muridnya;


Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;


Guru harus bisa menjadi idola para siswa;


Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;


Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;


Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;


Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;


Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi;


Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.






Realism


Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah: (1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme); (2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir; (3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta; (4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.


Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.


Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: (1) Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial; (2) Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis; (3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan; (4) Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik; (5) Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.


Existensialisme


Pandangan Eksistensialisme dan Penerapannya di bidang pendidikan


1) Pendidikan adalah yang membantu seorang individu untuk mewujudkan yang terbaik yang dia mampu. Dengan demikian pendidikan harus membantu individu untuk mewujudkan faktisitas ~ (kontingensi) keberadaannya untuk menghadapi kategori faktisitas ini - ketakutan, kesedihan, kecemasan dan ketakutan - tegas dan berani dan akhirnya mempersiapkan dirinya untuk menemui kematian dengan senang hati.


2) Pendidikan untuk kebahagiaan adalah doktrin berbahaya karena tidak ada kebahagiaan tanpa rasa sakit dan ekstasi tidak tanpa penderitaan. Oleh karena itu, Eksistensialis akan menyambut pendidikan, yang melempar terbuka untuk anak-anak menderita, manusia kesengsaraan, penderitaan dan tanggung jawab mengerikan kehidupan dewasa.


3) Siswa harus mengembangkan skala konsisten nilai-nilai, mengotentikasi keberadaan mereka dengan menjadi berkomitmen untuk nilai-nilai dan bertindak sebagai harus siap mati untuk nilai-nilai daripada hidup tanpa mereka. Dyning untuk negara sendiri itu merupakan pengorbanan tertinggi.


4) Setiap individu adalah unik. Pendidikan harus mengembangkan dalam dirinya keunikan ini. Ini harus memenuhi perbedaan individual.


5) Pendidikan harus membuat murid menyadari kemungkinan tak terbatas kebebasan dan tanggung jawab ia harus menanggung dalam hidup.


6) Tujuan yang paling penting dalam pendidikan adalah menjadi seseorang manusia sebagai salah satu yang hidup dan membuat keputusan tentang apa yang dia akan melakukan dan menjadi. Mengetahui? dalam arti mengetahui diri sendiri, hubungan sosial, dan pengembangan biologi, semua adalah bagian dari menjadi. Eksistensi manusia dan nilai yang berkaitan dengannya adalah pabrik utama dalam pendidikan.


7) Pendidikan untuk pengembangan kepribadian lengkap.


8) Lebih pentingnya pengetahuan subjektif dari pengetahuan obyektif.


9) Pendidikan untuk kesempurnaan manusia dalam lingkungannya.


10) Pendidikan harus menciptakan kesadaran untuk diri sendiri.


11) Pendidikan harus melatih manusia untuk membuat pilihan yang lebih baik dan juga memberikan orang ide bahwa karena pilihan-Nya tidak pernah sempurna, konsekuensi tidak dapat diprediksi.


12) Tujuan utama pendidikan adalah untuk membuat manusia sadar akan tujuan, untuk memberikan pemahaman tentang keberadaannya dan akhirnya membawanya ke tempat tinggal surgawi. Jadi, jelas bahwa eksistensialisme menerima prinsip pendidikan liberal.


PEMBELAJARAN GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Pertama guru masuk ke kelas dengan mengucapkan salam. Tidak beberapa kemudian, guru membimbing siswanya untuk berdoa dengan dipimpin oleh ketua kelas. Setelah berdoa guru memberikan pertanyaan appersepsi kepada siswa terkait dengan materi pelajaran yang telah dipelajari minggu yang lalu.
Memasuki materi inti dari mata pelajaran yang membahas tentang Iman, guru memberikan penjelasan tentang pengertian iman, dan macam-macam iman. Setelah membahas pengertian iman tersebut guru memberikan  contoh tentang orang-orang yang kurang imannya. Dia menjelaskan bahwa ketika seseorang melakukan maksiat, berjudi, korupsi dan tindakan yang dilarang secara syari oleh agama maka orang tersebut dapat dikatakan kurang beriman, atau bahkan bisa dikatakan tidak ada imannya.
Ketika membahas tentang macam-macam iman dia menyebutkan ada enam. Iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi/rasul, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Iman kepada Allah menurutnya adalah meyakini akan keberadaan Allah walaupun tidak dilihat. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil ciptaan baik berupa tumbuhan, hewan dan manusia serta alam semesta. Begitupun iman kepada malaikat_Nya, kita meyakini bahwa malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya dengan tugas-tugas yang sudah diberikan. Dan harus diyakini juga bahwa malaikat tidak laki-laki dan bukan pula perempan serta tidak akan pernah berbuat dosa dan maksiat.
Beriman kepada Kitab Allah berarti beriman kepada Nabinya. Artinya meyakini bahwa Allah mengutus seseorang manusia pilihan untuk menyampaikan Risalah/ petunjuk yang biasanya berupa kitab. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa beriman kepada hari kiamat adalah meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa dunia dan alam semesta berikut isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran, tetapi proses kehancuran ini tidak diberitahu oleh Allah bahkan kepada para Nabinya akan tetapi para nabi diberi tahu akan tanda-tandanya saja.
Setelah memberi penjelasan tentang materi tersebut, guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk evaluasi sementara. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru memberikan PR kepada murid.
Menurut analisa pengamat, cara mengajar guru diatas masuk dalam filsafat idealisme dan juga masuk dalam filsafat perenalisme. Masuk dalam filsafat pendidikan idealisme karena dalam filsafat idealisme Guru dalam sistem pengajaran berfungsi sebagai: 1) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (2) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (3) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (4) Guru menjadi teman dari para muridnya; (5) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (6) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (7) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (8) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (9) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (10) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (11) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (12) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (13) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
Dalam pandangan Pendidikan filsafat idealisme juga menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan adalah agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Pengajaran guru tersebut masuk dalam filsafat pendidikan beraliran perenialisme karena menurut pengamatan saya ketika guru memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Dalam filsafat Perenealisme melihat bahwa akibat atau ujung dari zaman sekarang ini telah menimbulkan banyak krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, untuk mengobati zaman yang sedang sakit, maka aliran ini memberikan konsep Regressive Road To Cultural yakni kembali atau mundur kepada masa lampau yang masih ideal. Adapun jalan yang ditempuh adalah dengan cara regresif, yakni kembali kepada prinsip umum yang ideal yang dijadikan dasar tingkah pada zaman kuno dan abad pertengahan, Prinsip umum yang ideal ini berhubungan dengan nilai ilmu pengatahuan, realita, moral yang mempunyai peran penting dan pemegang kunci bagi keberhasilan pembangunan kebudayaan.
Dengan demikian ketika seorang guru mengajak siswa kepada hal-hal yang bersifat spriritual untuk menghayati jati dirinya sebagai hasil ciptaan Allah dan menyadari konsekuensi dari seorang ABDI/Hamba maka cara mengajar guru yang demikian masuk dalam filsafat idealisme. Dan juga masuk dalam aliran filsafat pendidikan perenialisme.
Pada pengamatan kedua ini seperti biasa guru masuk dengan membawa salam. Kemudian anak-anak disuruh  berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu menanyakan kembali tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan yang lalu.
Pertemuan kali masih membahas tentang macam-iman yaitu tentang rukun iman yang terakhir yaitu iman kepada Qadha dan Qadhar. Dijelaskan oleh guru bahwa Qadha dan Qadhar adalah ketentuan dan ketetapan Allah. Ketentuan dan ketetapan Allah yang dinamakan dengan takdir. Takdir itu sendiri ada yang baik dan ada juga yang baik dan ada juga yang buruk.
Qadhar atau ketentuan Allah menurutnya adalah bersifat dinamis dalam artian bisa berubah. Perubahan ketentuan ini bisa terjadi karena adanya doa dan ikhtiar yang diilakukan oleh manusia. Jodoh, kematian, rezeki termasuk dalam ketentuan Allah yang bisa berubah.
Sementara qadhar adalah ketetapan yang tidak bisa berubah. Seperti halnya bumi yang berputar, matahari yang muncul dari arah timur kemudian tenggelam kebarat, api itu panas dan lain-lain.
Menurutnya beriman kepada Qadha dan Qadhar ini menjadi pondasi bagi kita untuk menyerahkan segala sesuatu yang diluar kemampuan kita setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan kita berserah hanya kepada Allah sebagai zat yang Maha Kuasa.
Sesekali guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetes respon siswa terhadap materi. Dan atas pertanyaan tersebut murid menjawab sesuai dengan pertanyaan. Untuk akhiri pembelajaran 
Dari hasil pengamatan kedua terhadap cara pengajaran yang dilakukan oleh guru tersebut penulis berkesimpulan bahwa cara mengajarnya tersebut masuk dalam aliran filsafat Existensialisme. Hal ini didasarkan pada beberapa hal berikut:
1)    Pendidikan adalah yang membantu seorang individu untuk mewujudkan yang terbaik yang dia mampu. Dengan demikian pendidikan harus membantu individu untuk mewujudkan faktisitas ~ (kontingensi) keberadaannya untuk menghadapi kategori faktisitas ini - ketakutan, kesedihan, kecemasan dan ketakutan - tegas dan berani dan akhirnya mempersiapkan dirinya untuk menemui kematian dengan senang hati. Dari ciri ini sudah tampak jelas bahwa guru tersebut ketika mengatakan bahwa apabila kita sudah beriman kepada Qadha dan Qadar maka kita tidak perlu takut lagi untuk tidak mendapatka rezeki dari Allah karena sudah merupakan ketentuan dan ketetapan Allah (Qadha dan Qadar).
2)   Siswa harus mengembangkan skala konsisten nilai-nilai, mengotentikasi keberadaan mereka dengan menjadi berkomitmen untuk nilai-nilai dan bertindak sebagai harus siap mati untuk nilai-nilai daripada hidup tanpa mereka. Hal ini menandakan bahwa ketika nilai tentang Qadha dan Qadar ditanamkan oleh guru tersebut maka secara tidak langsung keyakinan yang tertanam menjadi nilai yan hidup untuk siswa terapkan dalam kehidupannya.
3)   Tujuan yang paling penting dalam pendidikan adalah menjadi seseorang manusia sebagai salah satu yang hidup dan membuat keputusan tentang apa yang dia akan melakukan dan menjadi. Mengetahui? dalam arti mengetahui diri sendiri, hubungan sosial, dan pengembangan biologi, semua adalah bagian dari menjadi. Eksistensi manusia dan nilai yang berkaitan dengannya adalah pabrik utama dalam pendidikan.
4)   Pendidikan untuk pengembangan kepribadian lengkap. Kriteria ini juga termuat dalam pmebelajaran guru tersebut, karena dalam proses pendidikannya pengembangan kepribadian lebih diutamakan daripada penguasaan terhadap materi yang diajarkan. Pendidikan harus menciptakan kesadaran untuk diri sendiri juga masuk kriteria dari pengajaran guru tersebut.
5)   Pendidikan harus melatih manusia untuk membuat pilihan yang lebih baik dan juga memberikan orang ide bahwa karena pilihan-Nya tidak pernah sempurna, konsekuensi tidak dapat diprediksi.
6)   Tujuan utama pendidikan adalah untuk membuat manusia sadar akan tujuan, untuk memberikan pemahaman tentang keberadaannya dan akhirnya membawanya ke tempat tinggal surgawi.
Pada pengamatan yang ketiga ini guru membahas tentang rukun islam. Setelah salam, doa, dan melakukan appersepsi (menanyakan materi pertemuan yang lalu) guru memperkenalkan materi baru yaitu rukun islam.
Rukun islam katanya memulai pembelajaran, adalah sesuatu yang menandakan atau menjadi ciri bahwa seseorang tersebut dikatakan islam. Ada 5 rukun islam yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa dibulan ramadhan, menunaikan zakat, melaksanakan haji bagi yang mampu.
Syarat pertama seseorang dikatakan muslim adalah syahadat yaitu pengakuan akan Allah sebagai sesembahan dan pengakuan akan kenabian Muhammad SAW. Apabila seseorang mengingkari salah satu dari dua itu maka tidak dikatakan telah bersyahadat.
Kedua Mendirikan shalat adalah melaksanakan shalat secara kontinu, berkelanjutan. Shalat menjadi pembeda antara muslim dan nonmuslim. Shalat menjadi penentu baik tidaknya perbuatan seseorang. Hal ini didasarkan pada ayat al Quran yang berunyi ”aqimishshalah inna shalata tanha anil fakhsya`iwal munkar” artinya dirikanlah shalat secara istiqomah, sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Seseorang misalnya sudah melaksanakan shalat tapi masih berbuat yang dilarang maka itu berarti shalatnya belum benar-benar shalat, masih gerakan zahirnya saja tapi hatinya tidak shalat.
Ketiga, berpuasa dibulan ramadhan artinya setiap datang bulan kita sebagai muslim sejati melaksanakan puasa untuk menjadi muslim yang taqwa. Taqwa dalam artian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Berpuasa itu tidak ada yang tahu kecuali dia dengan Allah makanya Allah menurut hadits akan memberikan sendiri pahala terhadap orang-orang yang berpuasa.
Keempat adalah zakat. Zakat berarti mengeluarkan sebagaian harta yang kita miliki untuk dinikmati oleh orang-orang yang tidak punya. Zakat dalam islam dibagi menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mall. Zakat fitrah berarti zakat untuk tiap-tiap jiwa dan dikeluarkan sebesar 2.5 kg beras atau berupa uang sehaarga beras tersebut. Sedangkan zakat Mall adalah zakat untuk membersihkan harta. Baik itu berupa emas, perak, pertanian, dan peternakan. Zakat ini dikeluarkan satu tahun sekali apabila sudah mencapai nisab, batas minimal jumlah harta untuk dikeluarkan zakat.
Terakhir adalah naik haji bagi yang mampu yaitu berkunjung atau berhaji ketempat-ketempat suci ummat islam untuk melaksanakan ibadah berdasarkan petunjuk dari Rasulullah yaitu mekkah dan madinah. Rukun islam yang ini tidak boleh dipaksanakan, misalnya dengan mengutang di Bank untuk bisa pergi haji karena melihat tetangga sudah pergi haji. Hal seperti ini tidak diperbolehkan dalam islam. Karena ibadah haji merupakan ibadaha alternatif (bisa ya bisa tidak) maka tidak boleh melaksanakan haji kalau akhirnya sepulang haji kita susah untuk memikirkan bayar utang.
Dari penjelasan tentang berbagai konsep tentang rukun islam, guru memberikan stresing tentang keadaan umat islam sekarang yang jauh dari nilai-nilai keislaman apalagi terkait dengan rukun islam. Beliau menjelaskan betapa banyaknya orang yang kaya sekarang ini namun tidak mau mengelaurkan zakat, tidak mau shalat tidak mau berpuasa mereka hanya melaksanakan haji karena haji dianggap sebagai sarana untuk bertamasya/piknik bukan untuk ibadah. Hal ini sangat berbeda dengan ketika islam pada awal-awal kelahirannya. Di mana masyarakat islam sangat semangat menjalankan ajaran islam. Ketika turun ayat terkait dengan zakat maka para sahabat dengan berbondong mengeluarkan zakat. Ketika turun ayat terkait dengan aurat maka para wanita pun langsung menutupi aurat mereka dengan kain apa saja yang mereka lihat.
Setelah menjelaskan berbagai hal terkait dengan rukun islam dan stresing materi guru menyuruh para siswanya untuk bertanya hal-hal tidak mereka pahami. Setelah metode tanya jawab ini berlangsung, guru memberikan penekanan kepada siswa tenntang pentingnya rukun iman dan rukun islam dalam kehidupan seorang muslim.
Kemudian terakhir guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati perbuatan orang-orang yang shalat dalam lingkungan masyarakat. Untuk kemudian didiskusikan dalam kelas.
Dalam pengamatan yang ketiga ini, sepertinya ada kesamaan cara mengajarnya dengan cara mengajar guru pada pertemuan yang pertama. Di mana berdasarkan hasil dari uraian pengamatan diatas, nampaknya terjadi perpaduan dua aliran filsafat yang guru gunakan dalam proses pembelajaran. Terkadang masuk dalam aliran filsafat idealisme dan terkadang juga masuk dalam aliran filsafat perenialisme.
Guru menggunakan pendekatan filsafat pendidikan beraliran idealisme ketika Hal ini didasarkan pada pemberian kesadaran oleh guru bahwa ketika seseorang mengeluarkan zakat sebagai alat untuk mengangkat tingkat ekonomi masyarakat yang miskin maka hal ini masuk dalam idealisme karena dalam idealisme disamping mengedepankan akhlak dan perbuatan seorang guru juga berorientasi pada mengasah kepekaan sosial murid dengan memberikan motifasi agar siswa yang kaya mau memberikan harta yang mereka miliki untuk masyakarat miskin.
Pendekatan filsafat Perennialisme nampak ketika guru memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Hal ini sejalan dengan pemahaman guru tersebut. Dan ketika aliran Perennealis melihat bahwa akibat dari zaman sekarang ini telah menimbulkan banyak krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, untuk mengobati zaman yang sedang sakit, maka aliran ini memberikan konsep regressive road to cultural yakni kembali atau mundur kepada masa lampau yang masih ideal. Dengan memberikan perbandingan tentang moralitas atau akhlak orang muslim jaman sekarang dengan masa pada awal islam maka guru ini menggunakan pendekatan perenialisme.

Total Tayangan Laman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *