Kerisauan tentang rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM)
Indonesia di pasar global menyimpan satu pertanyaan, apa yang seharusnya
dibenahi dengan pendidikan kita? Pendidikan yang bermutu tercermin pada
sekolah yang bermutu. Perguruan Tinggi yang bermutu menghasilkan SDM
yang bermutu. Rendahnya mutu SDM signifikan dengan rendahnya mutu
pendidikan. Lee Iacocca dalam tulisannya “Bila pendidikan berhasil orang
juga akan berhasil”, mengisyaratkan bahwa diperlukan mutu pendidikan
agar menghasilkan SDM yang bermutu. Menurut Josep M. Juran masalah mutu
terletak pada manajemen (pengelolaan). Oleh karena itu lembaga
pendidikan perlu berpikir apa saja batu besar (hal yang penting) yang
harus dikelola dengan baik? Sehingga tidak terjadi salah pengelolaan,
dalam arti tidak tersebar pada hal-hal kecil yang tidak substantif
bahkan cenderung kurang berdampak positif terhadap peningkatan mutu.
Munculnya berbagai lembaga pendidikan baru yang tiba-tiba diakui
keberadaannya oleh masyarakat, mengkondisikan sebuah persaingan yang
ketat. Padahal jam terbang mereka relatif pendek, sehingga aspek
kualitas belum teruji benar atau belum terandalkan. Harus diakui bahwa
lembaga pendidikan baru ini menawarkan pembelajaran trend yang
digandrungi masyarakat masa kini. Biasanya berlabelkan pembelajaran
berwawasan masa depan. Keberadaannya yang mempunyai nilai jual tinggi
tentu saja biaya pendidikannyapun tinggi. Sementara itu pada sisi lain
kecenderungan orang tua memilih sekolah karena prestise bukan faktor
mutu pendidikan, dan berpendapat bahwa yang bermutu itu yang mahal.
Dengan segala macam promosinya lembaga pendidikan baru ini mampu menjual
program dan memikat masyarakat untuk memilihnya, walau harga yang
ditawarkan cukup melangit. Akan tetapi perlu disadari juga bahwa tidak
semua lembaga pendidikan baru tak bermutu. Pada situasi ini berarti,
pangsa pasar yaitu orang tua yang cenderung tetap atau fanatik pada
sekolah-sekolah tertentu telah tersedot ke lembaga pendidikan baru itu.
Hal ini mengakibatkan tergesernya lembaga pendidikan yang sudah lama
eksis, mulai tidak diakui masyarakat bahkan lambat laun gulung tikar.
Lalu apa sebenarnya yang harus dipersiapkan oleh sebuah lembaga
pendidikan agar diakui dan dicari oleh masyarakat dalam mempertahankan
eksistensinya? Saat ini lahan pendidikan sudah dilirik oleh
pengusaha-pengusaha bermodal besar yang sebelumnya bergerak di luar
bidang pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan sudah
menjadi lahan bisnis. Pendidikan mereka kelola secara profesional, dan
tidak mustahil bila pengelolaannyapun berdasarkan manajemen bisnis.
Sementara banyak lembaga pendidikan yang masih menerapkan manajemen
tradisional dan menganggap pendidikan masih sebagai lembaga sosial.
Walaupun pada kenyataannya masyarakat tertentu masih membutuhkannya
karena biaya relatif murah. Kedua jenis lembaga ini bersaing pada masa
yang sama. Maka bagaimana seharusnya manajemen yang cocok untuk bidang
pendidikan pada era globalisasi dan era persaingan yang sangat ketat?
Tuntutan perubahan jaman pada era globalisasi membawa dampak pergeseran
fungsi pembelajaran dari yang terbatas pada tahapan pendidikan menjadi
pembelajaran seumur hidup. Kondisi ini menuntut reformasi pembelajaran.
Reformasi pembelajaran seperti apa yang perlu dipersiapkan oleh suatu
lembaga pendidikan untuk mengantisipasi kehidupan di masa datang?
Situasi dan kondisi yang telah dipaparkan di atas membawa konsekuensi
logis kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan akan kehidupan
masa depan. Hal ini pun dianggap logis ketika pengelola pendidikan
mengambil langkah antisipatif untuk mempersiapkan kemampuan yang perlu
dimiliki agar bertahan pada zamannya. Banyak hal yang perlu dipikirkan
dan digumuli secara serius, misalnya materi pendidikan yang harus
disesuaikan dengan tuntutan jaman, penyampaian materi sehingga dimiliki
oleh mahasiswa, bagaimana masyarakat mengetahui inovasi yang dilakukan
dalam pengelolaan pendidikan sehingga masyarakat tetap mengakui
keberadaannya, bagaimana mengelola keuangan dimana bukan hanya
keuntungan yang diraih dan menjadi fokus namun stabilitas dari semua
pendukung tetap terjaga, bagaimana mengembangkan sumber daya manusia
yang ada dan mendaya gunakannya dan sebagainya. Agar dapat mewujudkan
hal ini tentunya diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Untuk menjamin mutu di sekolah tinggi ilmu hukum muhammadiyah bima maka
ada 7 hal besar yang harus dibenahi yaitu: (a) sensitivitas lembaga
terhadap perubahan dan peluang, (b) manajemen organisasi, (c) manajemen
strategi, (d) manajemen sumber daya manusia, (e) reformasi pembelajaran,
(f) pembiayaan pendidikan, (g) marketing pendidikan Ke tujuh bidang
utama yang perlu dikelola dengan pendekatan manajemen baru.
Pembenahan manajemen pada semua aspek ini dalam rangka pembenahan secara
global karena satu dan lain hal akan saling terikat, dan diharapkan
menuju keberhasilan yang sesuai pada zamannya. Sensitivitas Lembaga Terhadap Perubahan dan Peluang
Lembaga pendidikan berfungsi dan berperan dalam pembentukkan sumber
daya manusia yang berkompeten pada jamannya, kreatif, inovatif dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menuntut para manajer pendidikan
untuk mencari dan menerapkan suatu manajemen baru yang dapat mendorong
perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu pembenahan manajemen
pendidikan sangatlah diperlukan. Pembenahan manajemen pendidikan
diperlukan sensitivitas lembaga dalam melihat sebuah perubahan yang
muncul untuk mengelola kegiatan antisipasi yang harus dilakukan terhadap
dampak dari perubahan tersebut, sekaligus melihat peluang yang
munculyang dapat diambil untuk pengembangan lembaga.
Perubahan apa yang Muncul dan Membawa Dampak dalam Pendidikan?
Manajemen dalam mengelola pendidikan tidak dapat dilepaskan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukti dari pertalian erat tersebut
adalah perubahan yang terjadi pada hampir semua aspek kehidupan manusia
dengan berbagai permasalahan yan ditimbulkannya dapat dipecahkan melalui
upaya penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kondisi demikian membawa dampak kepada perlunya seseorang mengikuti
perkembangan dan menguasai ilmu pengetahuan an teknologi yang terus
berkembang dan berubah. Perkembangan dan perubahan yang terus bergulir
ini pun membawa manusia ke era persaingan global yang ketat. Oleh
karena itu kalau tidak ingin kalah bersaing dalam era globalisasi
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien.
Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing
international dan mempunyai kompetensi untuk bertahan pada perkembangan
zaman menjadi suatu perhatian penting dalam manajemen pendidikan.
Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan.
Menurut Reigeluth dan Garfinkle (1994) dalam Syafaruddin, kebutuhan
terhadap paradigma baru pendidikan di dasarkan atas perubahan
besar-besaran dalam kondisi dan kebutuhan-kebutuhan pendidikan dalam
masyarakat informasi. Untuk melakukan perubahan tersebut maka peranan
manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah-sekolah
yang bermutu yang menghasilkan SDM terandalkan dan tangguh yang
dibutuhkan masyarakat. Kualitas pendidikan yang diserap pada sekolah
yang bermutu sudah seharusnya dipersiapkan seirama dengan perkembangan
zaman. Saat ini zaman berada pada era globalisasi dan informasi, maka
era inilah yang membawa perubahan-perubahan mendasar dan mewarnai
kehidupan pendidikan. Dosen mengatur, mahasiswa diatur.
Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori manajemen
dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Di berbagai organisasi selalu menjalankan fungsi
manajemen yang seharusnya dilaksanakan yaitu “Planning,Organizing,
Actuating, dan Controlling”. Fungsi- fungsi tersebut tidak jauh berbeda
di dalam manajemen pendidikan. Yang membedakan manajemen pendidikan
dengan manajemen lainnya adalah komponen di dalamnya. Komponen
manajemen pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, sumber
daya manusia, mahasiswa, steakholder, fasilitas, pembiayaan, school
public relation, dan sebagainya.
Ada beberapa teori manajemen yang dapat menjadi panduan pembenahan
manajemen pendidikan. Jika kita berpendapat bahwa pendidikan adalah
suatu industri, maka langkah selanjutnya berpikir bagaimana
mengembangkan industri itu untuk terus bertumbuh. Maka dalam bingkai
pemikiran ini kita memerlukan panduan yang sesuai. Manajemen Mutu
Terpadu atau lebih dikenal dengan Total Quality Management dapat
dijadikan “guiding philosophy” yang tentunya ditarik ke dunia
pendidikan. Malcolm Baldrige Quality Program dapat menjadi salah satu
panduan dalam menentukan hal-hal apa saja yang perlu dikelola dengan
benar dan harus diperhatikan untuk menjadi sekolah yang bermutu.
Balanced Scorecard dapat membantu menyediakan informasi akutansi
manajemen strategis yang dapat menuntun dalam mengambil keputusan agar
konsisten dengan strategi lembaga.
Dosen memilih dan memaksakan Bagaimana Menyikapi Peluang dalam Manajemen Pendidikan? Peluang yang tersedia dalam mengelola pendidikan merupakan suatu
tantangan bagi lembaga pendidikan. Peluang tersebut tentunya tidak
disia-siakan oleh lembaga pendidikan dan segera mengambil perannya untuk
menghadapi tantangan ke depan. Tantangan yang dihadapi membuat lembaga
pendidikan selalu berpikir dan berjuang mempertahankan eksistensinya.
Setiap lembaga pendidikan harus melakukan pembenahan dengan mendasari
pada komitmen yang tinggi untuk menentukan langkah-langkah strategis,
dan berkiprah pada situasi international.
Beberapa komitmen itu antara lain : (1) menekankan pada standar kendali
mutu dengan menetapkan strategi-strategi dalam mencapai target yang
telah ditetapkan dan konsisten melakukan perbaikan berkelanjutan, (2)
memberdayakan seluruh sumber yang ada baik sumber daya manusia maupun
sumber dana yang lain, (3) meningkatkan profesionalitas kerja, (4)
mengadakan evaluasi yang berkesinambungan baik evaluasi formatif maupun
evaluasi sumatif, (5) mengadakan penelitian dan pengkajian dalam
pengembangan program, (6) mengikuti dinamika perubahan zamannya dan
selalu melakukan inovasi-inovasi dalam segala bidang.
Komitmen- komitmen tersebut tentunya framework pengelolaan pendidikan,
Selanjutnya komitmen-komitmen di atas juga menjadi dasar untuk
menentukan langkah dalam pengelolaan pendidikan. Langkah-langkah
itumeliputi : (1) menganalisis fungsi dan peran lembaga pendidikan, (2)
menetapkan visi dan misi, (3) mencari kesenjangan yang muncul antara apa
yang telah dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, (4)
mengevaluasi respon masyarakat terhadap layanan pendidikan yang
diberikan, (5) mencermati dan menganalisa perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, (6) menyikapi problem yang dihadapi masyarakat untuk
mencarikan solusi lewat kegiatan
akademis, (7) menganalisis kebutuhan kompetensi SDM masa depan, (8)
mengatur strategi dan kegiatan preventif dalam menghadapi persoalan masa
depan, (9) menganalisis dan memberdayagunakan pihak- pihak terkait
dalam perencanaan, proses, hasil dan feedback , (10). menentukan
strategi pencapaian tujuan.
Manajemen Organisasi
Ketika lembaga sensitif terhadap perubahan yang bergulir dan peluang
yang ditawarkan, serta mempunyai komitmen dalam mempertahankan
eksistensinya dengan menetapkan langkah strategis dalam pengelolaan
pendidikan, maka lembaga memerlukan suatu organisasi untuk
mewujudkannya. Organisasi merupakan unsur penting dalam manajemen.
Manajemen tidak bermakna apabila organisasi tidak ada. Organisasi yang
tangguh adalah organisasi yang memiliki sumber daya manusia bermutu,
aktif, bersemangat, struktur organisasi mantap, dan mempunyai system
informasi yang up to date. Di dalam organisasi selalu ada orang-orang
yang mempunyai tugas dan peran masing-masing. Mereka saling berinteraksi
dalam sebuah struktur organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur
organisasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat input,
proses, output dan feedback. Suatu organisasi di bangun tentu memiliki
tujuan. Salah satu tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ada satu
pendekatan yang biasa di terapkan di berbagai industri besar dalam
meningkatkan mutu adalah Quality Trilogi (Dr. Joseph M. Juran).
Sementara itu pendidikan pada dasarnya adalah suatu industri di
bidang sumber daya manusia, dengan demikian quality trilogy dapat
diterapkan. Quality trilogy dapat menjadi suatu pertimbangan dalam
membangun struktur organisasi.
Struktur organisasi yang dapat mengakomodir fungsi manajemen (
planning, organizing, actuating, controlling ) sekaligus quality
trilogy controlling ) sekaligus quality trilogy perencanaan mutu,
pengawasan mutu, pengingkatan mutu) dapat dilihat pada gambar 2.
Pada struktur tersebut tim perencana, pengkajian dan pemberi
informasi posisinya seharusnya sangat bebas sehingga mampu berperan
dalam memberikan segala macam pemikiran dalam pengembangan lembaga dalam
melihat peluang ke depan dan merencanakan strategi untuk tetap diakui
keberadaannya di tengah masayarakat tanpa ada
tebengankebijakan, tekanan atasan dan sebagainya.
Kebijakan, peraturan dan yang sejenis menempel pada tim pembuat
keputusan yang pada akhirnya turun ke tim strategy planning (dalam
konteks pelaksanaan program). Dalam manajemen tradisional seringkali tim
ini tidak ada atau tidak dianggap perlu. Kegiatan yang dilakukan tim 1
dapat meliputi: (1) identifikasi masalah dimana didalamnya ada kegiatan
mencari, menemukan dan mengidentifikasi kondisi lingkungan serta trend
masa depan, (2) membuat rencana dengan fokus dimana di dalamnya ada
kegiatan menciptakan, mengembangkan alternatif solusi, (3) memilih
alternatif yang sesuai dengan lembaga tersebut sebagai rekomendasi. (4)
mendapatkan feedback dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi
kegiatan/pelaksanaan.
Organisasi akan tetap eksis di tengah masyarakat jika mempunyai
komitmen terhadap: satu tujuan; fokus terhadap pelanggan; obsesi yang
tinggi terhadap kualitas, motivasi berprestasi dan mengejar daya saing;
perencanaan jangka panjang; antisipatif dan proaktif; kerjasama tim yang
dinamis; anggota organisasi selalu tekun bekerja, giat berusaha dan
terus meningkatkan pengetahuan dan kecakapannya; pemberdayaan dan
mendorong anggota untuk maju; memperbaiki proses secara
berkesinambungan; terus menerus menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan. Agar komitmen tersebut tetap terjaga oleh organisasi maka
dalam sepanjang waktu perlu dilakukan : (a) membina proses; Dalam
kegiatan ini anggota organisasi melakukan pekerjaannya sebagaimana
ditetapkan dalam uraian pekerjaannya. (b) melakukan perbaikan
performance secara perorangan dan atau kelompok, (c) menangani krisis,
ini berarti menghadapi dan menangani keadaan darurat.
Apabila perbaikan performance dilakukan secara aktif akan menciutkan
area penanganan krisis. Agar organisasi dapat mencapai tujuan maka dalam
membina proses perlu dibentuk satu “kelompok penggerak dan perintis
perubahan”. Untuk menjalankan perannya, ia terlepas dari hirarki
organisasi, anggotanya mempunyai idealisme, pengetahuan dan kecakapan,
reputasi baik, mempunyai hubungan baik dengan anggota- anggota lainnya.
Pemimpinan yang bermutu mempengaruhi laju gerak organisasi. Pimpinan
harus mengambil inisiatif. Setiap respon organisasi pendidikan terhadap
suatu perubahan ditentukan oleh pola kepemimpinan yang dijalankan. Oleh
karena itu pemimpin harus memberikan contoh dalam pola pikir, pola
sikap, pola tindak tentang mutu dalam setiap keputusan dan
aktivitasnya. Pemimpin dalam satu struktur organisasi dapat digolongkan
menjadi lower management, midlle management, top management.
Masing-masing klasifikasi pimpinan itu perlu ada batasan dalam perannya
sehingga gerak organisasi dapat berjalan lancar, tidak ada tumpang
tindih dalam pengambilan keputusan. Lower management dapat mengambil
bagian untuk operation control, midlle management dapat mengambil bagian
untuk management control, sedangkan top management dapat mengambil
bagian pada strategic planning.
Manajemen Strategy
Ketika lembaga pendidikan memasuki lingkungan bisnis maka saat itu juga
memasuki lingkungan yang kompetitif dan turbulen. Oleh karena itu
manajemen lembaga pendidikan memerlukan sistem manajemen strategik yang
pas dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis. Strategi adalah suatu
cara untuk mencapai sasaran. Balanced scorecard memberikan satu cara
untuk mengkomunikasikan strategi suatu lembaga pada manajer-manajer di
organisasi. Balanced scorecard dapat membantu menyediakan informasi
akuntansi manajemen strategik yang dapat menuntun dalam mengambil
keputusan penyusunan rencana strategik agar konsisten dengan strategi
lembaga.
Banyak lembaga dengan manajemen berkutat tradisional masih meningkatkan
laba hanya pada sisi keuangan. Ketika diadakan kebijakan pada sisi
keuangan terjadi ketimpangan-ketimpangan pada sisi lain. Lembaga macam
ini kecenderungannya memfokuskan pada kinerja jangka pendek. Lembaga
pendidikan membutuhkan kinerja jangka panjang sehingga perlu
memperhatikan sisi lain agar terjadi keseimbangan yang menyebabkan
naiknya kinerja keuangan. Ada 4 perspektif yang perlu menjadi perhatian
utama yaitu keuangan, customer, proses bisnis internal, pembelajaran
dan pertumbuhan. Perspektive keuangan untuk melihat apakah kinerja
keuangan meningkat? Perspektif customer untuk mengukur mutu, pelayanan
dan biaya dalam memuaskan pelanggan. Nilai yang sering kali muncul oleh
pelanggan terhadap lembaga dirumuskan dari fungsi pendidikan untuk
pelanggan + mutu adalah kesesuaian dengan standar permintaan pelanggan +
citra adalah daya tarik pelanggan yang tercipta karena proses
komunikasi yang tercipta + harga adalah perbandingan harga relatif
dengan produk pesaing + waktu adalah ketersediaan dan kecepatan
pemenuhan kebutuhan pelanggan + hubungan . Perspektif proses bisnis
internal mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga dalam mencapai
sasaran. Rantai internal yang dapat diterapkan:
(1) Identifikasi kebutuhan pelanggan,
(2) Proses inovasi dengan mengenali customer dan ciptakan program,
(3) Proses operasi dengan bangun program dan luncurkan program,
(4) Pendampingan purna proses dengan melayani pelanggan selama proses
berjalan dan purna program. Prespektif pembelajaran dan pertumbuhan
mengukur kemampuan lembaga untuk mengembangkan dan memanfaatkan SDM
sehingga tujuan strategik dapat tercapai.
Melalui ke 4 perspektif ini maka lembaga dapat memperluas cakrawala
dalam menafsirkan trend perubahan secara makro. Dalam perumusan
strategi disertai dengan analisis SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, and threats) yang dilaksanakan melalui ke 4 perspektive
tersebut, sehingga diperoleh gambaran umum. Dari kondisi itu maka dibuat
perumusan strategi dengan sasaran strategi jangka panjang, yang
kemudian diturunkan pada program-program, pada akhirnya penyusunan
anggaran yang bersifat
komprehensif.
Berdasarkan analisis di atas maka telah ditentukan sasaran. Banyak
organisasi telah menyusun sasaran bahkan sasaran yang amat spesifik,
tetapi gagal mengembangkan rencana dan tindakan yang nyata. Oleh karena
itu diperlukan “manajemen berdasarkan
sasaran” dengan lebih mudahnya penulis mengatakan sebagai “segitiga
pengaman”. Segitiga pengaman dapat di lihat pada gambar 3.
Adapun contoh sederhana keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh mahasiswa.
Menentukan sasaran:
-
Mengumpulkan berbagai informasi tentang keterampilan era reformasi
dari berbagai sumber, apakah keterampilan tsb benar-benar dibutuhkan,
mahasiswa jenjang mana saja yang membutuhkan keterampilan tersebut,
konsekwensi apa yang harus ditanggung bila keterampilan tsb di berikan
kepada mahasiswa, dan sebagainya.
-
Mempersatukan semua informasi dalam satu bentuk urutan logis.
- Merencanakan keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh
mahasiswa dilengkapi dengan suatu analisis dan alasan-alasan yang
menguatkan, hal-hal apa yang berubah dengan adanya program tsb, hal-hal
apa yang mendukung dan perlu pengelolaan serius agar mendukung program
dengan maksimal, dan sebagainya.
- Memutuskan keterampilan era reformasi yang akan di dilaksanakan dan
kebijakan apa yang muncul untuk mendukung program tersebut.
Mengarahkan Pencapaian Sasaran
1. Mengkoordinasikan agar semua berjalan sesuai perencanaan.
2. Mengkomunikasikan kepada semua pihak terkait untuk meperlancar dan mendukung program.
3. Memotivasi semua pihak agar stabilitas program terjaga.
4. Mengarahkan, membimbing dan menasehati semua pihak dalam mencapai sasaran program.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Di dalam organisasi ada beberapa orang yang melakukan kegiatan sesuai
tugas masing-masing dan mereka saling berinteraksi. Sebenarnya bukan
hanya interaksi saja namun setiap individu di dalamnya perlu dipacu
untuk terus andil mengambil peran dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia di dalam
organisasi sangatlah penting. Manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian dari manajemen organisasi yang memfokuskan pada pengelolaan
sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia dibagi dalam
beberapa area kerja yaitu desain organisasi, pengembangan organisasi,
perencanaan dan pengembangan karir pegawai, perencanaan sumber daya
manusia, sistem kinerja pegawai, kompensasi dan gaji, kearsipan pegawai.
Perlu dipahami juga oleh suatu organisasi bahwa pilar utama dalam
membangun organisasi yang berwawasan global adalah kemampuan setiap
individu yang tergabung dalam organisasi. Satu pertanyaan kritis muncul
karakteristik individu seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu lembaga
dalam era reformasi. Karakteristik sumber daya manusia yang diperlukan
saat ini adalah mempunyai integritas, inisiatif, kecerdasan,
keterampilan sosial, penuh daya dalam bertindak dan penemuan baru,
imajinasi dan kreatif, keluwesan, antusiasme dan mempunyai daya juang
(kecerdasan adversity / kemampuan mengubah hambatan menjadi peluang),
mempunyai pandangan ke depan dan mendunia. Kemampuan-kemampuan diantas
adalah kemampuan yang dianggap sesuai untuk era reformasi. Dalam
recruitment dan pengembangan sumber daya manusia tentunya mengacu
kepada karakteristik-karakteristik di atas.
Lembaga mempersiapkan panduan recruitment sesuai karakteristik tsb.
Karyawan atau dosen yang baru yang menginjakkan kakinya untuk bergabung
bersama membutuhkan “masa orientasi ” agar nantinya mampu berkembang dan
berjuang sesuai yang diharapkan lembaga. Masa orientasi sangat penting
untuk mengurangi keluhan pada masa mendatang akan ketidakmampuan
individu ketika lembaga mengadakan perubahan. Masa orientasi ini perlu
di desain sebaik mungkin karena merupakan masa transisi dimana setiap
individu dibentuk sesuai yang diharapkan lembaga dengan dimulai dari
kompetensi awal yang dimiliki mereka. Kegiatan pada masa orientasi
terbatas pada waktu tertentu dan kegiatan dapat berupa pelatihan atau
kegiatan apa saja yang wajib diikuti oleh setiap individu untuk memenuhi
standar yang diharapkan. Masa ini menjadi masa kritis dosen untuk tetap
dipertahankan atau tidak bergabung dengan lembaga. Masa orientasi dapat
diteruskan pada “masa pemantapan” dengan pola yang sama dengan
orientasi hanya kadar kompetensi yang dituntut berbeda.
Dosen seumur hidupnya cenderung tetap menjadi dosen karena peluang
menjadi kepala sekolah sangatlah minim. Hal ini disebabkan satu sekolah
hanya membutuhkan satu kepala sekolah. Realita keseharian kualitas dosen
berbeda-beda, ada dosen yang dapat diandalkan ada pula dosen yang hanya
sekedar menjalankan tugas. Lalu apa yang membedakan dosen yang
berkualitas dengan yang tidak? Apa yang membuat dosen termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya? “Career development ” dapat menjadi
solusinya. Career development perlu diciptakan oleh lembaga agar dapat
memotivasi setiap individu yang terlibat. Setiap individu tahu jelas
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki satu jabatan atau
tingkatan tertentu. Bagi individu ada satu kepastian sejauh mana
kemampuan dan pengetahuannya perlu dikembangkan. Setiap individupun
dapat menilai dirinya sendiri pada level apa sebenarnya kemampuan dan
pengetahuannya. Jelas disini dapat menghindari unsur subyektivitas.
Career development dapat menjadi satu nilai positif ketika pada setiap
level di dalamnya jelas alat ukurnya. “Pengendalian posisi ” dapat
menjadi partner dalam career development. Karena dalam pengendalian
posisi ada aturan untuk kapan dipromosikan, berapa lama di posisi
tersebut, kapan berhenti, individu tersebut direncanakan untuk posisi
apa dan sebagainya. Pengendalian posisi ini untuk mengantisipasi jika
semua dosen mempunyai motivasi berprestasi sekaligus mensortir dosen
yang tak mempunyai motivasi berprestasi. Kondisi demikian akan memicu
setiap individu untuk berprestasi sesuai dengan harapan individu dan
lembaga.
Reformasi Pendidikan
Reformasi kini menjadi suatu keharusan dalam pembenahan pendidikan
khususnya pembelajaran. Reformasi ada dalam rangka memuaskan
pelanggan/masyarakat dengan memberikan pelayanan yang lebih baik agar
sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka.
Konsep pembelajaran reformatif berpusat kepada mahasiswa, interaktif
atau terjadi interaksi multi arah, multidisipliner, kerja kelompok,
dosen sebagai fasilitator, mengajarkan bagaimana mempelajari sesuatu,
dimungkinkan tim teaching untuk memperoleh kajian lintas disipliner,
memberikan peluang kepada mahasiswa mengalami berbagai gaya belajar,
pembelajaran kristis dengan pendekatan pemecahan masalah ( problem
solving) yang berorientasi ke masa depan. Untuk dapat melaksanakan
pembelajaran reformatif maka perlu diadakan persiapan baik dari dosen
maupun mahasiswa. Dosen harus bersikap demokratis, selalu mengembangkan
kemampuannya dan belajar terus. Harus ada perubahan paradigma dosen
dengan strategi seperti (a) dosen berhak untuk mencari informasi dan
mengembangkan diri dalam jam kerjanya baik secara individual maupun
kelompok (diskusi) misalnya 4 jam/minggu, (b) dosen berhak mengikuti
pelatihan yang telah didesain dan ditetapkan oleh organisasi dan
dimungkinkan pilihannya sendiri misalnya 100 jam/tahun, (c) dosen berhak
membuat karya tulis ilmiah dan dipublikasikan misalnya minimal 1
tulisan/semester, (d) dosen berhak membuat penelitian sederhana minimal 1
penelitian/tahun.
Kondisi demikian tentunya membawa konsekuensi yang perlu direncanakan
misalnya adanya wadah untuk menampung tulisan dosen, adanya reward
bagi dosen yang sudah berusaha keras mengembangkan diri. Dalam
pelaksanaan dapat dilakukan dengan program pembimbingan antardosen.
Misalnya membuat karya tulis ilmiah, dosen yang mampu dapat menjadi
membimbing dosen yang belum mampu sehingga dosen yang mampu bertumbuh
menjadi pembimbing sedangkan dosen yang belum mampu mempelajari sesuatu
dari temannya. Setiap terjadi pembimbingan maka nama pembimbing
tercantum dalam karya tersebut. Program demikian dapat dinamakan“ tumbuh
bersama ”.
Untuk merangsang terjadinya proses pembelajaran reformatif maka
diperlukan langkah langkah yang disebut dengan “TUAI” masa depan, yang
artinya : Tunjukkan kemampuanmu, Usahakan sebaik mungkin, Akal dan
pikiran terus dimotivasi, Informasi dan Ilmu dicari terus. Selain itu
perlu labelisasi dosen kompetensi dan kemampuan yang ditentukan
misalnya, dosen yunior, dosen senior, pelatih yunior, pelatih senior,
penulis buku, staf ahli dan sebagainyanya. Kondisi demikian dapat
memberikan peluang bagi dosen untuk mereformasi system pembelajarnnya
karena memang dosen tersebut mempunyai kompetensi. Kompetensi
professional dosen seharusnya meliputi akademis/ pendidikan,
penelitian/ action research classroom , pengabdian masyarakat/pelayanan.
Ketiga kompetensi itu akan membentuk dosen secara utuh dalam profesinya
yang kemudian dilengkapi dengan kompetensi personal dan sosial.
Strategi pembelajar pun akan menjadi suatu hal yang penting dalam
peranannya untuk membentuk seseorang yang nantinya mampu bertahan dalam
kehidupannya. Strategi pembelajaran dapat berdasarkan kepada learning
how to know/learning how to think, learning how to learn, learning how
to do, learning how to live together, learning how to be, learning how
to have a mastery of local, learning how to understand the nature/God
made (belajar mengetahui/belajar berpikir, belajar bagaimana belajar,
belajar berbuat, belajar hidup bersama, belajar menjadi diri sendiri,
belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan lokal, belajar memahami
lingkungan sekitar). Ahli manajemen Jepang, Konsosuke Matsuhita,
mengemukakan bahwa sebelum belajar melakukan sesuatu, harus kita
pelajari dulu bagaimana seharusnya kita berperilaku sebagai manusia.
Dari sana, dapatlah dikatakan bahwa “mengajarkan bagaimana sesuatu
seharusnya dilakukan” adalah pendidikan dalam bentuknya yang paling
rendah. Pendidikan seharusnya mengajari bagaimana caranya belajar dan
bukan memberikan instruksi tentang suatu pelajaran tertentu. Apa yang
harus dipelajari tidaklah benar- benar penting. Yang penting adalah
bagaimana cara mempelajarinya. Dengan demikian maka dapat mengakomodasi
pergeseran fungsi pembelajaran dari terbatas pada tahapan pendidikan
menjadi pembelajaran seumur hidup. Hal ini terjadi karena situasi dan
kondisi yang terus bergulir begitu cepat sehingga seseorang perlu
belajar seumur hidup.
Pembiayaan Pendidikan
Berbagai biaya harus ditanggung oleh lembaga dalam peningkatan kualitas.
Seharusnya biaya dialokasi kepada: (1) biaya pencegahan (2) biaya
deteksi/penilaian, (3) biaya kegagalan internal, (4) biaya kegagalan
eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk
pencegahan ketidak kesempurnaan program dalam perancangan, pelaksanaan
dan pemeliharaan program. Biaya deteksi (penilaian) adalah biaya yang
terjadi untuk menentukan apakah program memenuhi syarat kualitas. Dalam
hal ini berfungsi untuk mendeteksi adan menghindari kesalahan. Biaya
kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidak sesuaian
dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum program dilaksanakan. Biaya
kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena program/jasa gagal
memenuhi syarat dan diketahui setelah program dilaksanakan. Biaya ini
merupakan biaya yang paling membahayakan karena bila salah maka
menyebabkan reputasi buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa
pasar.
Aspek pembiayaan sangatlah menentukan kelangsungan dari suatu lembaga
pendidikan. Dalam merencanakan suatu pembiayaan pendidikan apalagi
pendidikan merupakan salah satu bagian dari bisnis maka pengelolaan
keuangan sangat menentukan dalam meraih keuntungan dan menjamin
kelangsungan lembaga tersebut. Balanced scorecard baik diterapkan pada
masa kini untuk peningkatan kinerja keuangan namun tidak meninggalkan
aspek yang lain.
Dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan lagi bahwa perlu biaya yang
harus dikeluarkan untuk operasional, riset dan pengembangan, pembekalan,
investasi masa depan, dan sebagainya. Sementara pemasukkan cenderung
stabil. Lalu bagaimana untuk mengelola keuangan tersebut. Perlu
dipikirkan “ perimbangan biaya” pada setiap biaya yang dikeluarkan.
Perimbangan biaya ini tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang dimungkinkan. Perimbangan biaya tersebut misalnya : (a) Lembaga
telah mengeluarkan biaya untuk pembekalan sumber daya manusia agar
mempelancar pelaksanaan operasional maka dapat dilakukan satu program
untuk perimbangan biaya yang dapat dilakukan. Misalnya menyusun satu
paket pelatihan untuk eksternal/orang luar yang dikemas secara
professional memanfaatkan sumber daya manusia intern yang telah
terlatih, dan menggunakan fasilitas yang sudah ada. Maka keuntungan
ganda akan muncul, lembaga akan dikenal oleh masyarakat, sumber daya
manusia intern dapat mengaktualisasi dirinya, memanfaatkan fasilitas
semaksimal mungkin dan lembaga mendapat keuntungan nominal dari program
tsb. (b) Lembaga menyiapkan fasilitas gedung dengan ruangan (aula) yang
memadai untuk memperlancar opersional. Setelah tidak ada kegiatan
sekolah maka aula, ruang lab dan sebagainya menjadi ruangan kosong. Pada
kondisi ini dapat perimbangan biaya yang dapat dilakukan misalnya
dengan menyewakan ruangan tersebut untuk masyarakat sekitar. Yang
tentunya dalam pelaksanaan perlu aturan main yang tidak membahayakan
atau merugikan lembaga. Ruang/lab komputer dapat dimanfaatkan dan
dikelola untuk pelatihan/ruang kursus. Ruang laboratorium beserta
peralatan dapat dikelola (seperti perpustakaan umum) untuk kegiatan
penelitian. Namun ada satu syarat bila dikelola secara professional
sehingga tidak menggangu pelaksanaan kegiatan sekolah. (c) Pembuatan
buku yang didesain oleh lembaga dengan melibatkan dosen yang ada.
Kondisi ini menguntungkan karena sekolah sudah mempunyai pasar sendiri
sehingga tidak takut lagi buku tersebut tidak akan laku. Sementara di
sisi lain dapat terciptanya wadah untuk menyalurkan bakat dosen sebagai
penulis. (d) Lembaga menciptakan perusahaan kecil sebagai pendampingan
misalnya percetakkan buku, toko alat tulis, catering yang dikelola
secara profesional dan melibatkan kewenangan organisasi dalam networking
pelaksanaan. Misalnya ada makan siang yang dikelola oleh lembaga,
berarti keuntungan bisa masuk ke lembaga lagi. (f) Pendidikan saat ini
sebagai suatu industri SDM maka sudah tidak tabu lagi bila pembiayaan
menggunakan sponsor-sponsor sepanjang tidak bertentangan dengan dunia
pendidikan.
Marketing Pendidikan
Lembaga pendidikan selalu menginginkan sekolahnya dicari oleh
masyarakat. Di sisi lain masyarakat membutuhkan informasi tentang
sekolah mana yang memenuhi standar mutu sesuai yang diharapkan. Hal ini
dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mereka memilih sekolah untuk
putra putrinya. Oleh karena itu marketing pendidikan sebagai bidang
yang harus digarap secara serius dan menjadi lahan yang diperhitungkan.
Dalam penggarapan marketing pendidikan diperlukan:
1. Input:
-
Riset pasar terutama mengenai data customer , meliputi siapa yang
menjadi sasaran program, apa kebutuhan mereka, bagaimana pandangan
mereka tentang pendidikan, bagaimana kemampuan mereka dalam hal
biaya/keuangan masyarakat, trend pendidikan seperti apa yang muncul di
kalangan mereka, jenjang sekolah mana yang menjadi incaran customer ,
siapa pemakai program, harapan apa yang diinginan dari program.
- Data mengenai pesaing, meliputi siapa yang perlu diperhitungkan
menjadi pesaing, apa keunggulan para pesaing tersebut, apa yang dicari
oleh customer terhadap pesaing, hal apa saja yang menjadi kelebihan
pesaing dan menjadi titik lemah lembaga.
2. Output:
-
Product sistem , program apa saja yang akan di pasarkan
-
Place sistem, tempat yang menjadi pasar harus di ketahui
-
Promotion sistem, bagaimana mempromosikan program, apa keunggulan program
-
Price sistem, harga sebaiknya sangat fluktuatif dan dinamis
3. Accounting information
Bagian marketing pendidikan berperan dalam menyakinkan masyarakat untuk
memberikankepercayaan dalam mendidik putra-putrinya.Bagian marketing
pendidikan akan lebih baik jika didampingi dengan “ bagian technical
care education”. Bagian ini berbeda dengan marketing. Bagian ini
berfungsi untuk membina hubungan baik dengan masyarakat ketika mereka
mulai peduli dengan pendidikan. Bagian ini menampung berbagai tanggapan
masyarakat. Hal ini penting jika terjadi pandangan negatif, atau
ketidakpuasan pelanggan terhadap lembaga/ sekolah maka dapat diadakan
pendekatan terlebih dahulu, dengan maksud supaya tidakterjadi pelebaran
masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi lembaga, sehingga
komplain dapat diminimalisir Selain itu bagian ini juga membuat
program-program dalam konteks pendidikan agar orang tua/masyarakat agar
lebih memahami filosofi pendidikan. Hal ini dimaksudkan supaya ketika
lembaga hendak mengadakan kerjasama dengan mereka maka tidak terjadi
kesenjangan pandangan. Kondisi ini memungkinkan terjadi kerjasama dan
saling mendukung antara lembaga pendidikan dan orang tua/masyarakat.