Pertama guru masuk ke kelas dengan mengucapkan salam. Tidak
beberapa kemudian, guru membimbing siswanya untuk berdoa dengan dipimpin oleh ketua
kelas. Setelah berdoa guru memberikan pertanyaan appersepsi kepada siswa
terkait dengan materi pelajaran yang telah dipelajari minggu yang lalu.
Memasuki materi inti dari mata pelajaran yang membahas tentang Iman,
guru memberikan penjelasan tentang pengertian iman, dan macam-macam iman.
Setelah membahas pengertian iman tersebut guru memberikan contoh tentang orang-orang yang kurang
imannya. Dia menjelaskan bahwa ketika seseorang melakukan maksiat, berjudi,
korupsi dan tindakan yang dilarang secara syari oleh agama maka orang tersebut
dapat dikatakan kurang beriman, atau bahkan bisa dikatakan tidak ada imannya.
Ketika membahas tentang macam-macam iman
dia menyebutkan ada enam. Iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi/rasul, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Iman kepada Allah menurutnya adalah
meyakini akan keberadaan Allah walaupun tidak dilihat. Hal ini dibuktikan
dengan adanya hasil ciptaan baik berupa tumbuhan, hewan dan manusia serta alam
semesta. Begitupun iman kepada malaikat_Nya, kita meyakini bahwa malaikat
diciptakan oleh Allah dari cahaya dengan tugas-tugas yang sudah
diberikan. Dan harus diyakini juga bahwa malaikat tidak laki-laki dan bukan
pula perempan serta tidak akan pernah berbuat dosa dan maksiat.
Beriman kepada Kitab Allah berarti beriman kepada Nabinya. Artinya meyakini
bahwa Allah mengutus seseorang manusia pilihan untuk menyampaikan Risalah/
petunjuk yang biasanya berupa kitab. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa
beriman kepada hari kiamat adalah meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa dunia
dan alam semesta berikut isinya pada suatu saat nanti akan mengalami
kehancuran, tetapi proses kehancuran ini tidak diberitahu oleh Allah bahkan
kepada para Nabinya akan tetapi para nabi diberi tahu akan tanda-tandanya saja.
Setelah memberi penjelasan tentang materi
tersebut, guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk evaluasi sementara. Sebelum
mengakhiri pembelajaran guru memberikan PR kepada murid.
Menurut analisa pengamat, cara mengajar
guru diatas masuk dalam filsafat idealisme dan juga masuk dalam filsafat
perenalisme. Masuk dalam filsafat pendidikan idealisme karena dalam filsafat
idealisme Guru
dalam sistem pengajaran berfungsi sebagai: 1) guru harus seorang spesialis
dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (2) Guru haruslah menguasai teknik
mengajar secara baik; (3) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga
disegani oleh para murid; (4) Guru menjadi teman dari para muridnya; (5) Guru
harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (6)
Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (7) Guru harus rajib beribadah,
sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (8) Guru
harus menjadi pribadi yang komunikatif; (9) Guru harus mampu mengapresiasi
terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (10) Tidak hanya
murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (11) Guru
harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (12) Guru haruslah bersikap
dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (13) Guru harus mampu belajar, bagaimana
pun keadaannya.
Dalam
pandangan Pendidikan filsafat idealisme juga menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan adalah agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki
kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup
bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan
mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Pengajaran
guru tersebut masuk dalam filsafat pendidikan beraliran perenialisme karena
menurut pengamatan saya ketika guru memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang
mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang
siuran. Dalam filsafat Perenealisme melihat bahwa akibat atau ujung dari zaman
sekarang ini telah menimbulkan banyak krisis diberbagai bidang kehidupan
manusia, untuk mengobati zaman yang sedang sakit, maka aliran ini memberikan
konsep Regressive Road To Cultural
yakni kembali atau mundur kepada masa lampau yang masih ideal. Adapun jalan
yang ditempuh adalah dengan cara regresif, yakni kembali kepada prinsip umum
yang ideal yang dijadikan dasar tingkah pada zaman kuno dan abad pertengahan,
Prinsip umum yang ideal ini berhubungan dengan nilai ilmu pengatahuan, realita,
moral yang mempunyai peran penting dan pemegang kunci bagi keberhasilan pembangunan
kebudayaan.
Dengan demikian ketika
seorang guru mengajak siswa kepada hal-hal yang bersifat spriritual untuk
menghayati jati dirinya sebagai hasil ciptaan Allah dan menyadari konsekuensi dari seorang ABDI/Hamba maka cara mengajar guru yang
demikian masuk dalam filsafat idealisme. Dan juga masuk dalam aliran filsafat
pendidikan perenialisme.
Pada pengamatan kedua ini seperti biasa
guru masuk dengan membawa salam. Kemudian anak-anak disuruh berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas.
Setelah itu menanyakan kembali tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan
yang lalu.
Pertemuan kali masih membahas tentang
macam-iman yaitu tentang rukun iman yang terakhir yaitu iman kepada Qadha dan
Qadhar. Dijelaskan oleh guru bahwa Qadha dan Qadhar adalah ketentuan dan
ketetapan Allah. Ketentuan dan ketetapan Allah yang dinamakan dengan takdir.
Takdir itu sendiri ada yang baik dan ada juga yang baik dan ada juga yang
buruk.
Qadhar atau ketentuan Allah menurutnya
adalah bersifat dinamis dalam artian bisa berubah. Perubahan ketentuan ini bisa
terjadi karena adanya doa dan ikhtiar yang diilakukan oleh manusia. Jodoh,
kematian, rezeki termasuk dalam ketentuan Allah yang bisa berubah.
Sementara qadhar adalah ketetapan yang
tidak bisa berubah. Seperti halnya bumi yang berputar, matahari yang muncul
dari arah timur kemudian tenggelam kebarat, api itu panas dan lain-lain.
Menurutnya beriman kepada Qadha dan Qadhar
ini menjadi pondasi bagi kita untuk menyerahkan segala sesuatu yang diluar
kemampuan kita setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan kita berserah hanya
kepada Allah sebagai zat yang Maha Kuasa.
Sesekali guru memberikan pertanyaan kepada
siswa untuk mengetes respon siswa terhadap materi. Dan atas pertanyaan tersebut
murid menjawab sesuai dengan pertanyaan. Untuk akhiri pembelajaran
Dari hasil pengamatan kedua terhadap cara
pengajaran yang dilakukan oleh guru tersebut penulis berkesimpulan bahwa cara
mengajarnya tersebut masuk dalam aliran filsafat Existensialisme. Hal ini
didasarkan pada beberapa hal berikut:
1) Pendidikan
adalah yang membantu seorang individu untuk mewujudkan yang terbaik yang dia
mampu. Dengan demikian
pendidikan harus membantu individu untuk mewujudkan faktisitas ~ (kontingensi)
keberadaannya untuk menghadapi kategori faktisitas ini - ketakutan, kesedihan,
kecemasan dan ketakutan - tegas dan berani dan akhirnya mempersiapkan dirinya
untuk menemui kematian dengan senang hati. Dari ciri ini sudah tampak jelas
bahwa guru tersebut ketika mengatakan bahwa apabila kita sudah beriman kepada
Qadha dan Qadar maka kita tidak perlu takut lagi untuk tidak mendapatka rezeki
dari Allah karena sudah merupakan ketentuan dan ketetapan Allah (Qadha dan
Qadar).
2)
Siswa harus mengembangkan skala konsisten nilai-nilai,
mengotentikasi keberadaan mereka dengan menjadi berkomitmen untuk nilai-nilai
dan bertindak sebagai harus siap mati untuk nilai-nilai daripada hidup tanpa
mereka. Hal ini menandakan bahwa ketika nilai tentang Qadha dan Qadar ditanamkan
oleh guru tersebut maka secara tidak langsung keyakinan yang tertanam menjadi
nilai yan hidup untuk siswa terapkan dalam kehidupannya.
3)
Tujuan yang paling penting dalam pendidikan adalah
menjadi seseorang manusia sebagai salah satu yang hidup dan membuat keputusan
tentang apa yang dia akan melakukan dan menjadi. Mengetahui? dalam arti mengetahui diri sendiri, hubungan
sosial, dan pengembangan biologi, semua adalah bagian dari menjadi. Eksistensi
manusia dan nilai yang berkaitan dengannya adalah pabrik utama dalam
pendidikan.
4)
Pendidikan untuk pengembangan kepribadian lengkap.
Kriteria ini juga termuat dalam pmebelajaran guru tersebut, karena dalam proses
pendidikannya pengembangan kepribadian lebih diutamakan daripada penguasaan
terhadap materi yang diajarkan. Pendidikan harus menciptakan kesadaran untuk
diri sendiri juga masuk kriteria dari pengajaran guru tersebut.
5)
Pendidikan harus melatih manusia untuk membuat pilihan
yang lebih baik dan juga memberikan orang ide bahwa karena pilihan-Nya tidak
pernah sempurna, konsekuensi tidak dapat diprediksi.
6)
Tujuan utama pendidikan adalah untuk membuat manusia
sadar akan tujuan, untuk memberikan pemahaman tentang keberadaannya dan
akhirnya membawanya ke tempat tinggal surgawi.
Pada pengamatan yang ketiga ini guru membahas tentang
rukun islam. Setelah salam, doa, dan melakukan appersepsi (menanyakan materi
pertemuan yang lalu) guru memperkenalkan materi baru yaitu rukun islam.
Rukun islam katanya memulai pembelajaran, adalah sesuatu yang menandakan atau menjadi
ciri bahwa seseorang tersebut dikatakan islam. Ada 5 rukun islam yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa dibulan ramadhan,
menunaikan zakat, melaksanakan haji bagi yang mampu.
Syarat pertama seseorang dikatakan muslim adalah syahadat
yaitu pengakuan akan Allah sebagai sesembahan dan pengakuan akan kenabian
Muhammad SAW. Apabila seseorang mengingkari salah satu dari dua itu maka tidak
dikatakan telah bersyahadat.
Kedua Mendirikan shalat adalah melaksanakan shalat secara
kontinu, berkelanjutan. Shalat menjadi pembeda antara muslim dan nonmuslim.
Shalat menjadi penentu baik tidaknya
perbuatan seseorang. Hal ini didasarkan pada ayat al Quran yang berunyi ”aqimishshalah
inna shalata tanha anil fakhsya`iwal munkar” artinya dirikanlah shalat secara
istiqomah, sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Seseorang misalnya sudah melaksanakan shalat tapi masih berbuat yang dilarang
maka itu berarti shalatnya belum benar-benar shalat, masih gerakan zahirnya
saja tapi hatinya tidak shalat.
Ketiga, berpuasa dibulan ramadhan artinya setiap datang
bulan kita sebagai muslim sejati melaksanakan puasa untuk menjadi muslim yang
taqwa. Taqwa dalam artian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Berpuasa itu tidak ada yang tahu kecuali dia dengan Allah makanya Allah menurut
hadits akan memberikan sendiri pahala terhadap orang-orang yang berpuasa.
Keempat adalah zakat. Zakat berarti mengeluarkan
sebagaian harta yang kita miliki untuk dinikmati oleh orang-orang yang tidak
punya. Zakat dalam islam dibagi menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mall. Zakat fitrah berarti zakat untuk
tiap-tiap jiwa dan dikeluarkan sebesar 2.5 kg beras atau berupa uang sehaarga
beras tersebut. Sedangkan zakat Mall adalah zakat untuk membersihkan harta.
Baik itu berupa emas, perak, pertanian, dan peternakan. Zakat ini dikeluarkan
satu tahun sekali apabila sudah mencapai nisab, batas minimal jumlah harta
untuk dikeluarkan zakat.
Terakhir adalah naik haji bagi yang mampu yaitu
berkunjung atau berhaji ketempat-ketempat suci ummat islam untuk melaksanakan
ibadah berdasarkan petunjuk dari Rasulullah yaitu mekkah dan madinah. Rukun
islam yang ini tidak boleh dipaksanakan, misalnya dengan mengutang di Bank
untuk bisa pergi haji karena melihat tetangga sudah pergi haji. Hal seperti ini
tidak diperbolehkan dalam islam. Karena
ibadah haji merupakan ibadaha alternatif (bisa ya bisa tidak) maka tidak boleh
melaksanakan haji kalau akhirnya sepulang haji kita susah untuk memikirkan
bayar utang.
Dari penjelasan tentang berbagai konsep tentang rukun
islam, guru memberikan stresing tentang keadaan umat islam sekarang yang jauh
dari nilai-nilai keislaman apalagi terkait dengan rukun islam. Beliau
menjelaskan betapa banyaknya orang yang kaya sekarang ini namun tidak mau
mengelaurkan zakat, tidak mau shalat tidak mau berpuasa mereka hanya
melaksanakan haji karena haji dianggap sebagai sarana untuk bertamasya/piknik
bukan untuk ibadah. Hal ini sangat berbeda dengan ketika islam pada awal-awal
kelahirannya. Di mana masyarakat islam sangat semangat menjalankan ajaran
islam. Ketika turun ayat terkait dengan zakat maka para sahabat dengan
berbondong mengeluarkan zakat. Ketika turun ayat terkait dengan aurat maka para
wanita pun langsung menutupi aurat mereka dengan kain apa saja yang mereka
lihat.
Setelah menjelaskan berbagai hal terkait dengan rukun
islam dan stresing materi guru menyuruh para siswanya untuk bertanya hal-hal
tidak mereka pahami. Setelah metode tanya jawab ini berlangsung, guru
memberikan penekanan kepada siswa tenntang pentingnya rukun iman dan rukun
islam dalam kehidupan seorang muslim.
Kemudian terakhir guru memberikan tugas kepada siswa
untuk mengamati perbuatan orang-orang yang shalat dalam lingkungan masyarakat. Untuk kemudian
didiskusikan dalam kelas.
Dalam pengamatan yang ketiga ini, sepertinya ada kesamaan
cara mengajarnya dengan cara mengajar guru pada pertemuan yang pertama. Di mana
berdasarkan hasil dari uraian pengamatan diatas, nampaknya terjadi perpaduan dua
aliran filsafat yang guru gunakan dalam proses pembelajaran. Terkadang masuk
dalam aliran filsafat idealisme dan terkadang juga masuk dalam aliran filsafat perenialisme.
Guru menggunakan pendekatan filsafat pendidikan beraliran
idealisme ketika Hal ini didasarkan pada pemberian kesadaran oleh guru bahwa
ketika seseorang mengeluarkan zakat sebagai alat untuk mengangkat tingkat
ekonomi masyarakat yang miskin maka hal ini masuk dalam idealisme karena dalam idealisme
disamping mengedepankan akhlak dan perbuatan seorang guru juga berorientasi pada mengasah kepekaan sosial murid dengan memberikan motifasi agar siswa
yang kaya mau memberikan harta yang mereka miliki untuk masyakarat miskin.
Pendekatan filsafat Perennialisme nampak
ketika guru memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Hal
ini sejalan dengan pemahaman guru tersebut. Dan ketika aliran Perennealis
melihat bahwa akibat dari zaman sekarang ini telah menimbulkan banyak krisis
diberbagai bidang kehidupan manusia, untuk mengobati zaman yang sedang sakit,
maka aliran ini memberikan konsep regressive road to cultural yakni kembali
atau mundur kepada masa lampau yang masih ideal. Dengan memberikan perbandingan
tentang moralitas atau akhlak orang muslim jaman sekarang dengan masa pada awal
islam maka guru ini menggunakan pendekatan perenialisme.